“GOOD BYE MANTANKU”
Oleh : Indah Simanjuntak
“Lo mau gak jadi
cewe gue?” isi sms Rara yang ditujukan buat Icha.
Hampir
aja Icha lupa bernapas karna ngebaca sms dari Rara yang membuatnya setengah mati
gak percaya. Cowok yang selama ini disukainya itu nembak dia. Tangannya
gemetar, giginya nampak kelihatan jelas tersusun rapi karna senyumnya terlalu lebar,
jantungnya berdetak kencang banget, dan suara hatinya bersorak sorai. Icha
happy buanget! Dibacanya berulang-ulang sms itu untuk memastikan itu sms dari
Rara atau gak dan ternyata itu sms Rara. Setelah yakin kalo itu sms cowok yang
disukainya lalu dengan cepat Icha ngebalas smsnya, “Ini serius? Lo gak lagi bercanda
‘kan Ra?”.
“Gak! Gue ngga
lagi bercanda kok. Kalo gitu besok kita ketemu di taman belakang sekolah jam 2.
Ok. Bye my honey sweety J “ balas Rara cepat. Karna saking senangnya Icha
langsung melompat-lompat di atas tempat tidurnya.
Praakkkk!
Icha terjatuh. Icha gak sadar kalo dia melompat tepat di pinggir tempat
tidurnya sehingga Icha gak bisa menahan keseimbangan tubuhnya dan jatuh. Kaki
kirinya terkilir hingga berubah membiru. Sang mama yang lagi masak di dapur
terkejut mendengar suara riuh dari kamar Icha lalu dengan cepat berlari
menghampiri kamar putri semata wayangnya itu.
“Aduh” rintih Icha
kesakitan sambil memegangi kaki kirinya yang terkilir itu.
“Ya ampun Cha,
kaki kamu kenapa nak?” tanya sang mama panik.
“Tadi Icha
lompat-lompat Ma diatas tempat tidur, ehh Icha malah jatuh” jawab Icha manja.
Takut
terjadi sesuatu dengan putri kesayangannya itu, sang mama dengan cepat membawanya
ke klinik terdekat di kawasan rumahnya. Karna kaki kirinya terkilir, dokter
menganjurkan supaya Icha memakai tongkat dan kaki kiri Icha pun diperban.
Sakitnya tak sebanding dengan bahagia yang Icha rasakan. Meski pun kakinya
terkilir, Icha kelihatan senang sekali hingga membuat mamanya bingung.
Saat
sampai di sekolah semua mata melihat kaki kiri Icha yang diperban dan memakai
tongkat. Semua siswa bisik-bisik saat melihat Icha, tapi Icha menghiraukan
mereka. Setibanya di kelas, Dilla, sahabat sekaligus teman semejanya Icha terkejut
melihat kaki Icha yang diperban. Setengah berlari Dilla menghampiri sahabatnya
itu sambil memapahnya duduk ke bangkunya.
“Kaki lo napa Cha?”
tanya Dilla sambil melihati kaki Icha ..
“Hahaha. Gua gak
pa pa, kaki gue cuma terkilir doang karna jatuh dari tempat tidur semalem”
jawab Icha santai sembari mengeluarkan buku pelajarannya.
“Kok bisa
jatuh?” tanya Dilla penasaran
“Ini semua karna
Rara. lo tau gak sih, Rara itu nembak gue semalem lewat sms. Ini smsnya” jawab
Icha pelan sambil menunjukkan sms dari Rara.
“What???” teriak Dilla kencang dengan
mata melotot. Karna suaranya yang kencang, dengan cepat Icha menutup mulutnya. “Sssttttt”.
Dilla
juga gak percaya dengan apa yang dibacanya itu. Rara alias Raynald Geovani
adalah cowok yang disukai banyak cewek di sekolahnya. Wajahnya beda tipis sama
aktor korea yang terkenal, Lee Min Ho. Kulitnya putih, tinggi, matanya cipit
dan cara berpakaiannya hampir seluruhnya meniru gaya Goo Joo Pyo. Maklum aja,
Rara ini anak salah satu pengusaha terkenal. Sedangkan Yessica Harmonia Putri
alias Icha terkenal juara di sekolahnya, sering memenangkan kejuaraan olimpiade
antar sekolah, baik, ramah pada semua orang, tubuhnya mungil, rambutnya meniru
model rambut Geum Jan Di, kulitnya sawo matang dan matanya berwarna coklat.
Icha sangat fans sama Koo Hye Sun, dan setiap sore Icha gak pernah kelewatan
nonton serial drama Korea yang terkenal itu, Boys Over Flower.
Tett.
Tett. Bel pulang berbunyi. Perasaan Icha gak tenang, jantungnya tambah berdetak
kencang saat melihat jam tangan berwarna pink itu di tangan kirinya menunjukkan
pukul 13.50. Waktunya semakin dekat.
“Lo yakin mau
nemuin dia?” tanya Dilla ragu.
“Yakin” jawab
Icha tersenyum kecil pada sahabat dekatnya itu.
“Okelah kalo
gitu. Mmm. Perlu aku temenin?” tanya Dilla lagi.
“Gak usah. Gue
bisa sendiri kok”.
“Ya udah deh.
Kalo gitu gue pulang duluan ya. Kalo perlu sesuatu sms atau call me aja” kata
Dilla setelah cipika cipiki dengan Icha.
Icha
berjalan menuju halaman belakang sekolah dengan menggunakan tongkatnya. Kakinya
masih diperban. Icha duduk dibawah pohon sambil menunggu Rara datang. Tak lama
kemudian sosok yang ditunggu Icha pun muncul. Jantung Icha makin dan makin
berdetak kencang, rasanya jantung Icha mau jatuh dari tempatnya. “Santai Icha,
jangan grogi” bisiknya dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya.
“OMG! Kaki lo
napa Cha?” tanya Rara panik tanpa mengatakan “Say hello” dulu. Ekspresinya
sangat panik dan kelihatan khawatir. Rara melihat kaki kiri Icha yang diperban
putih itu.
“Gue gak pa pa
kok Ra, semalam gue terpeleset di kamar mandi” jawab Icha bohong.
“Tapi kenapa
sampe diperban gitu Cha, berarti parah donk kaki lo” gerutu Rara sok perhatian.
“Kata dokter gak
pa pa kok. Lo tenang aja. Oh ya maksud sms lo yang semalam itu apa?” ceplos
Icha.
Rara terdiam.
Rara menatap mata Icha tajam. Lalu mulai menggenggam kedua tangan Icha dan
berkata, “gue suka sama lo Cha, lo mau gak jadi cewe gue?”.
Duaarrrrrrr!
Icha merasa petir menghantam dirinya. Mati rasa, itu yang dirasakan Icha saat
mendengar pengakuan Rara. Mata mereka saling berpandangan tanpa berkedip
sedikit pun. Dengan terbata-bata Icha menjawab, “ii...i...iya.. gue mau kok
jadi cewe lo”. Rara tersenyum lalu memeluk dengan erat tubuh Icha. Rara dapat
merasakan jantung Icha berdegup kencang. Seluruh tubuh Icha gemetar. “OMG” kata
Icha dalam hati sambil mengeratkan pelukan Rara. Ditempat kejauhan, ada seorang
pria yang mengabadikan momen Icha dan Rara berpelukan.
“Thanks ya Cha,
lo udah mau nerima gue jadi cowo lo” kata Rara sambil mencium kening Icha. Icha
pengen banget lari lalu berteriak betapa senangnya dia hari ini, tapi Icha
ingat kalo kakinya lagi diperban. “Oke. Gue antar lo pulang ya” kata Rara lagi
sambil memapah Icha berjalan.
Besoknya
foto Icha berpelukan sama Rara diposting di mading sekolah. Dilla kaget melihat
foto itu saat Dilla tengah lewat mau ke kamar mandi. Ternyata semua siswa udah
berkerumun melihat foto itu, lalu dengan cepat Dilla mencabut foto itu dari
mading kemudian setengah berlari menuju kelasnya. Dilla pun mengurungkan
niatnya ke kamar mandi meski pun sebenarnya dia udah kebelet banget. Icha yang tengah
asyik membaca tiba-tiba kaget karna kedatangan Dilla yang tiba-tiba
mengagetkannya dengan napas terengah-engah. Tanpa basa basi
Dilla langsung menunjukkan foto itu pada Icha. Shock? Pasti! Kaget? Iya. Kesal?
Buanget! Itu perasaan yang Icha rasakan saat melihat foto berpelukannya
ternyata tersebar. Wajahnya pucat. Lalu Icha meng-sms Rara dan menyuruh Rara
menemuinya di halaman belakang sekolah. “Oke” jawaban sms dari Rara.
Icha
duduk di bawah pohon sambil minum sprite
yang dibelinya dari kantin. 15 menit kemudian Rara datang. Wajah Rara kelihatan
tenang sedangkan Icha pucat pasi. Icha kesal kalo mengingat foto itu. Icha yang
selama ini dikenal sebagai siswi baik di sekolahnya merasa tercemar karna foto
itu. “Hai sayang, kenapa tiba-tiba ngajak ketemuan?” tanya Rara tanpa basa
basi. Icha lalu menunjukkan foto itu. Ekspresi Rara biasa aja bahkan Rara tertawa.
Icha bingung. Lalu Rara menjelaskan dan berusaha untuk menenangkan hati Icha.
Rara mengaku sudah tau tentang foto itu dan Rara juga mengatakan bahwa dia senang
semua siswa tau tentang hubungan mereka dan Rara gak peduli sama orang yang
udah nyebarin fotonya bersama Icha. Icha sedikit lega karna ternyata Rara
mengakuinya sebagai pacar.
Setelah
3 bulan jadian sejak bulan november lalu, Rara sering datang ke rumah Icha buat
belajar bareng. Icha yang terkenal pintar dan juara kelas itu dengan senang
hati mengajari Rara. Mereka mulai intensif belajar bareng karna bulan April
mereka menghadapi UN.
Hari-hari
Icha penuh dengan kebahagiaan. Mereka sering jalan, nonton, nongkrong,
terkadang mereka refreshing berdua. Setiap momen mereka abadikan. Rara sangat
perhatian padanya. Semangat belajar Icha semakin bertambah dan bertambah,
bahkan Icha semakin populer di sekolahnya sejak berpacaran dengan Rara dan
hampir tiap hari Icha pergi bareng ke sekolah naik mobil ferrari enzo milik Rara.
LULUS 100%
Pengumuman yang
tercantum di mading sekolah. Semua siswa SMA NUSA BANGSA berteriak “HOREEE!”
tanpa terkecuali Icha dan juga Rara. Semua siswa senang dan mereka berpesta
pora seperti konvoi keliling sekolah, corat coret baju, dan sebagian lagi sibuk
bertanya pada teman-temannya setelah lulus mau melanjut kemana.
Icha
bebas testing masuk perguruan tinggi negeri karna Icha berprestasi di
sekolahnya, sedangkan Rara harus ikut ujian. Icha berusaha keras membantu Rara
agar masuk universitas negeri yang sama dengannya. Dan akhirnya pun Rara lolos.
Malamnya Rara mengajak dinner Icha, nonton biskop dan memberinya hadiah juga,
pokoknya mereka having fun banget deh.
Namun
semua berubah setelah Rara masuk universitas negeri, Rara yang tadinya
perhatian, care, sering ngapelin Icha tiba-tiba lost contact. Icha bingung dengan perubahan sifat pacarnya itu.
Icha menelponnya tapi Rara udah ganti nomer hp. Icha mulai panik. Icha lalu
menelpon Dilla, Dilla yang lebih berpengalaman pacaran itu menjelaskan pada
Icha gimana dunia pacaran itu. Setelah mendengar penjelasan sahabatnya itu
perasaan Icha sedikit tenang.
Dilla
yang lagi ngedate bersama sang pacar
tiba-tiba melihat Rara di mall jalan bukan
sama Icha melainkan sama cewek lain. Cewek yang jauh lebih cantik dari Icha.
Kulitnya mulus, berpostur tinggi, body bak gitar spanyol dan sepertinya cewek
itu seorang model karna Dilla sering melihatnya di majalah atau tabloid. Ini
bukan pertama kalinya Dilla melihat Rara jalan sama cewek lain, Dilla sering
melihatnya jalan dengan cewek yang berbeda-beda kadang di bioskop, mall, dan juga restoran, tapi Dilla gak
mau ngasih tau hal ini pada Icha karna gak mau melihat sahabatnya itu sedih.
Dilla meminta bantuan sang pacar agar membantunya menyelidiki hubungan Rara
dengan cewek-cewek itu. Setiap momen diabadikan Dilla di camera canon miliknya sebagai bukti. Tak lama kemudian terkuaklah
rahasia besar yang selama ini disimpan Rara. Ternyata Rara taruhan dengan teman
geng motornya kalo dia bisa lulus SMA dan masuk perguruan tinggi. Tujuan Rara
pacaran dengan Icha bukan karna dia cinta tapi hanya karna ingin memanfaatkan
Icha agar mau mengajarinya. Dilla sontak terkejut saat sang pacar
memberitahunya, ternyata pacar Dilla kenal dekat dengan Rara.
Besoknya
Dilla mengajak Icha bertemu. Mereka memang tidak di universitas yang sama tapi mereka
sering berkomunikasi bahkan sesekali mereka jalan, nonton, shopping, makan dan refreshing
bareng seperti masa waktu mereka SMA dulu. Dilla bersama sang pacar menemui
Icha di salah satu cafe ternama di dekat kampus Icha. Dilla sedih melihat raut
wajah tak semangat pada sahabatnya itu, tapi Dilla tetap harus membongkar semua
rahasia Rara pada Icha karna Dilla gak mau melihat teman sebaik Icha dikhianati
sama cowok biadab seperti Rara. Meski pun berat, tapi Dilla tetap nekad harus
memberitahukan hal ini pada Icha.
“Hei dil, udah
lama gue gak ngeliat, gue kangen” ceplos Icha sambil cipika cipiki dengan
Dilla. Lalu Icha menyapa pacar Dilla juga.
Tanpa berpikir
panjang Dilla meletakkan sebuah amplop coklat di depan Icha. Icha bingung lalu
melihat Dilla dan juga pacarnya. “Ini apa dil?” tanya Icha penasaran sambil
membuka isi amplop coklat itu.
Braaakkkkk! Hati
Icha hancur berkeping-keping saat melihat isi amplop itu. Tak terasa air
matanya menetes. Dilla turut merasakan kesedihan sahabatnya itu. SAKIT! Satu
kata yang menggambarkan suasana hati Icha. Lalu pacar Dilla menjelaskan semua
kebohongan Rara serta gimana kehidupan Rara yang berada di lingkaran setan. Memang
diakui dulu Rara adalah anak baik, namun sejak broken home Rara mulai berubah karna kurang kasih sayang dari orang
tuanya. Hati Icha mulai panas, dia butuh es buat ngedinginin hatinya. Ternyata ferrari enzo milik Rara itu hasil dari
taruhannya. Dilla terus memberikan motivasi pada Icha supaya Icha gak makin down dan sedih. “Gue gak pa pa kok.
Makasih buat info kalian. Gue yakin pasti kalian gak cuma sehari nyari info
ini, untuk itu gue bilang makasih banget” kata Icha berusaha tegar meski nada suaranya
mulai berubah.
Setelah tau semua kebohongan dan
keburukannya Rara, Icha mengajak Rara bertemu. “GUE PENGEN KETEMU LO BESOK JAM
1 DI CAFERIA DEKAT SIMPANG KAMPUS. PENTING!” isi sms Icha yang dikirim buat
Rara.
Keesokan harinya mereka bertemu,
Rara yang udah menunggu Icha hampir sejam kelihatan kesal. Berkali-kali di
telponnya Icha tapi hp Icha gak aktif. Gak lama kemudian Icha datang dengan
penampilan yang beda. Icha yang selama ini berpenampilan simple alias apa adanya itu kelihatan anggun dan menawan
menggunakan dress pink selutut dengan
rambut terurai rapi ditambah pita pink
di rambutnya, kemudian lipstick pinknya
juga semakin menyempurnakan dirinya. Rara heran melihat perubahan Icha yang
drastis bak model. Dengan santainya Icha berkata, “kita putus!”.
Rara terkejut.
“apa???” tanya heran sambil mata melotot. “Kita putus?”.
“Iya. Maaf gue
gak mau pacaran sama penipu yang cuma hanya mau manfaatin gue” jawab Icha sok
tegar meski didalam hatinya dia menangis. Lalu Icha memberikan amplop coklat
yang diberikan Dilla kemarin padanya. Dengan cepat Rara membuka amplop itu dan
melihat foto-fotonya bersama cewek lain.
“Gue sadar gue
memang gak secantik mereka, tapi inilah gue yang sebenernya. Gue udah berubah
Ra dan gue bukan cewek polos yang bisa lo tipu. Gue akuin lo emang hebat!” kata
Icha berusaha menahan emosinya.
“Tapi cha......”
“Gak ada
tapi-tapian dan gak ada penjelasan atau pun kata maaf. Gue udah maafin lo kok.
Gue harap lo berubah dan lo bisa dapetin cewek yang lebih baik dari gue” potong
Icha. Setelah itu Icha meninggalkan Rara yang
duduk tak berdaya. Rara memandangi Icha dengan tatapan kosong. Seluruh badannya
lemas dan Rara gak sanggup bangkit berdiri. Saat berjalan meninggalkan Rara,
air mata Icha jatuh. Cuaca yang mendung dan kurang bersahabat saat itu
menggambarkan suasana hati mereka.
7
bulan kemudian, Icha sudah normal kembali dan bisa ngelupain sang mantan, Rara.
Icha yang sibuk dengan kegiatan kampusnya dapat dengan cepat membuang semua
kenangannya bersama Rara. Hari itu Icha menemui Dilla di restoran favorit
mereka. Mereka bercanda tawa dan tampak kelihatan bahagia. Karna lama tak
bertemu banyak hal yang mereka bicarain. Dilla senang melihat senyum sahabatnya
itu sudah kembali.
= THE
END =