“JINGLE BELLS”
Oleh
Indah Simanjuntak
“Jingle bells, jingle bells
Jingle all the way
Oh, what fun it is to ride
In a one horse open sleigh, hey! 2x”
Lagu Jingle Bells bergema keras di kamarku pagi ini.
I feel so peace. Tiduran sambil bermain dengan tablet yang baru kubeli.
“Huh… nggak terasa bentar lagi natal” kataku dalam
hati.
Tiap kali mendengar lagu natal, entah kenapa hatiku
merasa damai dan tenang. Seolah lagu-lagu ini menghipnotisku. Satu album natal
Mariah Carey menemaniku hingga siang menjelang.
Namaku Sheena. Hobiku menulis cerpen dan
mendengarkan musik. Sempat vakum menulis, aku merasa ada yang hilang. Bagiku
menulis cerpen merupakan pelayanan, dimana aku menghibur orang lain lewat karya
tulisku. Ya, walau pun aku ini masih penulis amatir tapi aku selalu berusaha
memberikan yang terbaik dalam cerpenku.
Aku rutin mengikuti lomba cerpen tapi tidak pernah
sekali pun aku menang. Rasa kecewa dan putus asa sering kali menghampiriku.
Bahkan cerpen yang aku posting di fesbuk atau di blog terkadang tidak mendapat
respon. Aku berharap suatu saat cerpenku ini bisa menang lomba dan orang-orang
bangga denganku. Itulah harapanku di natal tahun ini. Setiap malam sebelum
tidur, aku selalu berdoa berharap mujizat itu nyata. Tapi nyatanya. Nothing. Aku
jenuh. Aku merasa Tuhan meninggalkanku.
Hari demi hari kuhabiskan untuk menulis cerpen.
Dalam sehari lima hingga tujuh cerpen aku tulis. Semakin aku sering gagal,
semakin besar pula rasa kecewaku. Hingga suatu saat aku berhenti menulis. Dan
aku pun berhenti berdoa. Berhenti berharap. Aku mulai menjauh dari Tuhan.
“Aku nggak percaya Tuhan lagi. Kau bohong, Tuhan!
Kau pembohong! Aku benci! AAARRRGGHH!” teriakku sekeras-kerasnya.
***
Sudah hampir sebulan aku menghabiskan waktuku
sia-sia. Bangun, mendengarkan musik, bermain tablet, kuliah dan tidur. Seperti
itu hampir setiap hari.
Siang itu aku membuka twitter yang sudah lama tidak
aku gunakan. News by news aku baca hingga akhirnya aku menemukan akun yang
berisi kalimat-kalimat penyemangat.
“ORANG
YANG TEKUN DAN SUNGGUH-SUNGGUH LEBIH DEKAT DENGAN KESUKSESAN, DIBANDINGKAN
DENGAN ORANG MALAS YANG TAK MAU BERUSAHA.”
“That’s a amazing sentence!”gumamku dalam hati.
Entah kenapa kalimat ini membangkitkan semangatku lagi.
Dengan semangat berkobar-kobar, aku
menyiapkan laptop, modem, speaker, dan yang selalu menemaniku tiap kali aku
menulis, ice cappuccino. Tidak lupa aku memutar lagu-lagu natal untuk menambah
semangatku. It’s time to action!!!
Kuawali dengan menjelajahi google untuk mencari
lomba cerpen di bulan desember ini. Yup, I get it! Lomba cerpen natal dengan
tema KEAJAIBAN. Tengah asyik mengetik tiba-tiba jari-jari tanganku berhenti.
Pikiranku mentok. Berusaha mencari ide untuk dijadikan bahan cerpen yang akan
aku lombakan. “Oh Ghost, help me please” pintaku memelas. Aku merasa lelah.
Untuk menenangkan otakku yang lelah berpikir, kumanjakan tubuhku berebah di
kasur. Lagu-lagu itu menarik mataku hingga akhirnya aku tertidur pulas.
“Pandanganku
gelap. Entah berada dimana, aku merasa sekitarku dikelilingi bebatuan. Aku
terjatuh dan bangkit, lalu terjatuh dan bangkit lagi hingga begitu seterusnya. Angin
berhembus begitu kencang mengombang-ambingkan tubuhku. Seolah berada ditengah
badai. Tiap lima menit sekali, musim berubah. Kadang dingin, panas, semi, gugur
dan bahkan hujan. Darahku mengalir bak air. Seluruh tubuhku perih. Aku menangis
dan berteriak sekuatnya. Tiba-tiba seseorang menjamah pundakku. Aku terkejut
setengah mati. “Jangan takut. Aku akan menyelamatkanmu. Ulurkan tanganmu”
katanya lembut. Aku tidak tahu ia siapa dan aku tidak bisa melihatnya karna pandanganku
masih gelap. Kuulurkan tanganku dan ia menggenggamnya sangat erat. Ia bertanya
padaku,”Apakah kau percaya padaku?” Aku terdiam sejenak. Berpikir. Aku
mengambil napas panjang lalu menjawabnya,”Yaa, aku percaya. Tolong bawa aku
keluar dari sini”. Ia tidak menjawab. Sekelilingku hening seketika. Lalu aku merasa
seseorang berbisik di telingaku dan
berkata,”AKU, Yesus, yang kau percaya akan menyelamatkanmu. Kau telah
meninggalkan AKU. Keputusasaan dan kekecewaan membuatmu melupakan AKU. Apa yang
kau alami tadi adalah cobaan kecil untuk mengingatkanmu kembali agar selalu
bersyukur dan percaya pada-KU. AKU tidak pernah sekali pun berpaling darimu.
AKU sedang merancang yang terbaik untukmu. Jadi, tetaplah berpegang teguh
pada-KU dalam keadaan apapun. Sebenarnya kau sedang berada di surga, di Rumah
Bapa, namun karna kau tidak percaya pada-KU, matamu tidak bisa melihat walaupun
sesungguhnya kau tidak buta. Dan tidak ada batu disini. Bukalah matamu, nak”.
Saat kubuka mataku, aku berada di kasur. Aku melihat
sekelilingku. “Apakah aku bermimipi?” Seluruh
badanku penuh dengan keringat. Aku sadar aku bertemu Yesus dalam mimpi. Aku
tidak menyangka Yesus mendatangiku dalam mimpi dan mengingatkanku. Aku pun menangis.
Ternyata aku sudah melupakan Sang Juruselamat. Aku menyesal. Aku mengambil
alkitab dan membacanya. Lalu aku berdoa memohon ampun dan aku menangis. Aku tahu
bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkanku atau umat-NYA. IA sedang menyiapkan
rancangan indah buatku, tapi aku tidak sabar dan meninggalkannya.
Mimpi itu memberiku inspirasi. Aku merasa lahir
baru. Dengan lihai jari-jari tanganku mulai menari bahagia. Aku menuangkan
mimpiku ke dalam cerpen. Hingga akhirnya cerpenku selesai. Aku membaca ulang
untuk memperbaiki kata atau kalimat yang salah. Lalu aku kirim ke email panitia
lomba.
***
2 minggu kemudian.
Sore hari panas terik bercampur angin. Lagu Jingle
Bells berkumandang di telingaku. Seperti biasa, aku memasang headset di
telingaku dan berjalan pulang. Tiba-tiba alarm handphoneku berbunyi. Alarm itu
mengingatkanku kalau hari ini pengumuman lomba cerpen. Aku tidak sabar membuka
website lomba untuk mengecek pengumumannya. Dengan cepat aku melangkah.
Setibanya di rumah, aku membuka laptop. Jantungku berdetak kencang. Dug dug
dug, Tidak biasanya aku sesemangat ini. Loading. Sepertinya jaringan internetku
sedikit bermasalah. Menunggu loading, aku berdoa.
“Ya Bapa, apa pun hasil dari pengumuman lomba ini,
baik menang atau kalah, aku tetap berterima kasih. Ajariku untuk selalu
bersyukur dalam keadaan apapun. Dan aku percaya, semua rancangan-MU indah pada
waktunya. Amin”
Selesai berdoa, tiba-tiba handphoneku berdering.
Nomor tak bertuan itu muncul di layar handphoneku.
“Halo, selamat sore. Benarkah ini Sheena Maseeya?” tanya
si nomor tak bertuan itu.
“I…i…iya benar, saya sendiri” jawabku sedikit gugup.
“Oh, kami dari panitia lomba cerpen. Selamat ya
Sheena. Cerpen kamu terpilih menjadi pemenangnya” katanya.
“Oh..oh.. my god. Thanks Jesus. Thank you so much. I love You. Really, really love You so much Jesus” teriakku senang dan melompat kegirangan. “Thank you Jesus!!! Thank you. Ha..halo mas?”
“Oh..oh.. my god. Thanks Jesus. Thank you so much. I love You. Really, really love You so much Jesus” teriakku senang dan melompat kegirangan. “Thank you Jesus!!! Thank you. Ha..halo mas?”
Tutt. Tutt. Tutt. Telepon terputus. Aku lupa kalau
aku sedang bertelepon. Lalu pihak panitia mengirimku pesan cara mengambil
hadiah pemenang.
“Sungguh Kau Allah Luar Biasa. Amazing God. Ini
hadiah terindah natalku. Selamat natal Bapa, selamat natal Yesus dan selamat
natal Roh Kudus. Terima kasih. Amin” doaku di malam natal.