Senin, 16 Juni 2014

cerpenku 12

Aku dan Organisasi

Hai guys, kenalin namaku Patricia Ezra Carenee Ashley Simanjuntak atau yang lebih sering disapa dengan panggilan Cia. Bukan agen C.I.A yaa. Yupp…itu nama yang diberikan orangtuaku dari aku lahir hingga aku dibaptiskan di gereja. Tiap kali aku bilang nama lengkapku, banyak orang tertawa dan geleng-geleng kepala, termasuk guru Bahasa Indonesia SMP-ku. I don’t know what’s wrong with my name, but for me, WHATEVER. Oke well, disini aku pengen cerita tentang diriku, tapi lebih spesifiknya lagi tentang diriku di organisasi yang saat ini aku pimpin. Yupp, aku ketua di salah satu organisasi ekstra di kampusku. Jangan heran kalo cewe bisa jadi ketua, karna banyak kok pemimpin-pemimpin cewe saat ini. Namanya juga emansipasi wanita. Sebut saja contohnya Megawati Soekarno Putri. Presiden perempuan pertama di Indonesia. So guys, buat lo yang berjenis kelamin cewe jangan pernah ragu atau putus asa untuk menjadi yang  terbaik atau be the number ONE. Aku udah ngebuktiin itu sendiri loh.
Dari segi fisik sih aku memang nggak perfect-perfect amat. Sering diejek atau disindir teman-teman sudah makanan sehari-hariku dari aku kecil sampai sekarang. Terkadang rasa sakit hati dan kesal itu pasti ada. Tapi itu nggak buat aku semakin kecil seperti tubuhku, justru itu menjadi motivasi aku untuk buktiin ke orang-orang kalo fisik itu (terutama tinggi badan) nggak selamanya menjadi tolak ukur buat kita bahagia atau apalah yang sejenisnya.
            Hanya satu yang aku banggain dariku, yaitu wajah dan hidungku. Pacarku bilang dia suka hidungku yang kecil alias mancung. Hehehe. Aku ini ASLI keturunan batak, tapi orang-orang bilang wajahku nggak mirip sama sekali sama orang batak. Why? Apalagi namaku juga nggak berbau batak, paling cuma margaku doang yang batak. Kebanyakan orang bilang ya aku ini kayak orang cina, jawa, nias dan parahnya lagi katanya kayak orang korea. Hihihi. Oke fine, kamu nggak perlu sewot atau sirik. That’s a fact, right? Maaf, sedikit sombong.
            Oke back to the topic. Jadi anak organisasi itu seru loh. Disini kita diajari banyak hal. Dapat banyak relasi, pengalaman, ilmu dan juga someone. Hihihi. Nah, contohnya kayak aku. Sebagai ketua aku harus selalu siap siaga karna panggilan darurat itu terkadang datangnya nggak diundang. Disaat lagi santai di kos, eeh ada panggilan atau sms bilang “Ket, kita ada jumpa dengan organisasi lain jam 4 disini, dan bla bla bla.” Belum lagi ada sms bilang “Ada senior kita di penggo, datang kalian jumpai ya.” Itu sih belum seberapa, yang parahnya itu adalah saat aku lagi liburan natal di kampung, trus tiba-tiba dapat sms bilang kalo adik senior ada yang meninggal dunia karna kecelakaan. WOW! Jantung siapa coba yang nggak copot dengar kabar gitu. Tangan gemetar dan jantung berdetak kencang. “Oh my god” ucapku dalam hati. Langsung saja aku berangkat ke rumah duka untuk menyampaikan belasungkawa. Kadang kabar duka itu buat aku jantungan, but…itulah risikoku jadi ketua. Tapi nggak selamanya aku dapat kabar duka, terkadang pasti ada kabar bahagia. Contohnya syukuran senior yang wisuda, undangan married, melahirkan, dan banyak lagi.
            Sebelum resmi mengajukan diri sebagai ketua, ada polemik yang harus aku hadapi, yaitu pacar dan orang tua. Mau tau apa? Oke, let’s check it out.
Aku selalu minta ijin dari orang tuaku kalo ingin melakukan suatu hal karena aku punya pengalaman pahit sekali saat tidak ijin pergi liburan keluar kota, nah saat tau kalo aku itu tidak di kos aku langsung saja dimarah-marahi bahkan tidak segan-segan dimaki. Ngeri kan? Malamnya aku menangis sejadi-jadinya. Aku tau itu kekhawatiran seorang ibu terhadap anaknya. Dari saat itu aku jera dan segala tindakan yang akan aku ambil aku harus ijin dulu biar orang tuaku tahu dan tidak khawatir lagi.
            Hubungan jarak jauh dengan pacar memang tidak mengenakkan. Yaa…boleh dibilang kita pacarannya sama handphone bukan sama orang. Trus berat di pulsa lagi. Parahnya kalo pacar kita ini tipe cowo yang suka negative thinking, hufffh… ribet daa pasti. Nah, saat aku nelpon dia dan bilang ke dia kalo aku mau maju jadi ketua, dengan tegas dia menolak. Bahkan mengatakan akan memutuskanku kalo aku tetap keukeu dengan pilihanku. Tapi aku melawannya. Menurutku yang kulakukan adalah pelayanan, kenapa aku mesti takut dengannya? Aku pernah baca di Alkitab dimana seorang nabi berani meninggalkan semuanya demi Tuhan dan Tuhan melimpahkan berkat tak berkesudahan padanya. Dan itulah yang kulakukan. Aku memutuskan hubunganku dengan si do’i dan aku pun memilih pelayananku. Sulit memang, tapi aku merasa Tuhan besertaku saat itu sehingga aku tidak merasa menyesal dengan keputusanku itu.
            Mungkin kebanyakan orang merasa kagum saat tau aku adalah seorang pemimpin di suatu organisasi. Mereka mungkin berpikir sangatlah gampang mengemban posisi ini. They’re wrong! Mereka tidak tahu betapa beratnya beban yang kupikul di pundak ini. Mereka tidak tahu kalau tanggungjawab yang aku ambil memiliki risiko yang besar. Contohnya kesalahan yang tidak pernah kulakukan harus aku tanggung karena bagaimana pun aku adalah pemimpin, dan pengikut tidak pernah salah, kata seorang seniorku. Apa pun yang terjadi di organisasiku, aku harus siap menanggung segala sesuatunya baik itu hal baik atau pun buruk.
            Namun dibalik itu, aku dibentuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bermentalkan baja. Jadi, menurutku berorganisasi itu sangatlah menyenangkan. Tidak semuanya organisasi itu memberikan dampak negative buat kita. Itu tergantung bagaimana diri kita menyikapinya. Mahasiswa tanpa organisasi menurutku sama dengan omong kosong. Jangan hanya jadi penonton atau pun pendengar. Tapi jadilah pelaku dari suatu perubahan.

            Satu hal yang paling buat aku bangga dengan posisiku sekarang ini yaitu…..berada diantara orang-orang hebat.