Bad Day
( 4 - 4 - 14)
“08.17.”
“AAARRRGGH!!! Aku
telat!!!” teriakku keras saat melihat jam di handphoneku.
Teriak-teriak gak
jelas sambil memakai baju, mulutku terus mengoceh kesal. Dan kali ini aku ke
kampus dengan penampilan apa adanya dan acak-acakan. Aku takut telat karena
tidak akan diijinkan si dosen masuk ruangan. Dengan cepat asal saja aku
masukkan buku-buku ke dalam tas. Tidak lupa aku memasukkan handphoneku juga.
Saat sedang
mengunci pintu, tiba-tiba ada yang meneleponku. Aku heran mengapa jam-jam segini
ada yang meneleponku. Tangan kananku sedang berusaha mengunci pintu sembari
membantu handphoneku menempel ke telingaku. “Halo, halo… halo bang?” tanyaku
pada seseorang dibalik telepon itu. Saking terburu-burunya, handphoneku pun terjatuh.
Praaaakkkk. Dan sambungan telepon itu juga terputus. Tuttt. Tuttt. Tuttt.
“Oh my god” ucapku
kesal.
Saat mengambil
handphone yang jatuh, aku melihat kancing bajuku masih terbuka. Untung saja aku
pake tengtop jadi tidak kelihatan isi didalamnya. Lalu aku dengan cepat mangancingkannya.
“Ya Tuhan kenapa aku kacau sekali hari
ini” teriakku kesal dalam hati.
Kemudian dengan
langkah terburu-buru aku menuju kampus. Aku menelepon seorang teman untuk
menanyakan si dosen sudah masuk atau belum.
“Titt. Titt. Halo?”
“Hah, halo. Udah
datang bapak itu?”
“Belum. Cepatkan
kaulah.”
“Oke, oke.”
Lalu kututup
pembicaraan singkat itu dengan segera.
Dan untuk kesekian
kalinya aku harus naik becak. Aku paling tidak suka naik becak, tapi apa daya
daripada aku telat, ya kan?
Tidak butuh waktu
lama, akhirnya aku sampai di kampus. Dengan setengah berlari aku menuju
ruangan. Entah kenapa mahasiswa lain melihatiku. Mereka bisik-bisik, bahkan ada
yang tersenyum dan tertawa juga. What’s wrong with me? I don’t know. Whatever-lah.
Hari ini kami ada
kuis, so wajar kalau teman-temanku sudah duduk manis di kursinya sambil membaca
buku. Dengan langkah siput, aku menanyakan temanku dari luar ruangan untuk
memastikan si dosen sudah masuk atau belum. And I so lucky, si dosen belum
datang. Dengan cepat aku masuk, tapi teman-teman menertawaiku. Saat itu rebut
sekali.
“Yang baru
bangunnya kau, Ndah? Berantakan kali rambutmu” sambut seorang temanku cowok
sambil tersenyum geli.
“Hehehe, iya. Gak
sempat tadi nyisir rambut” jawabku cengengesan.
Udah terburu-buru
dari kos, ehh ternyata si dosen lupa kalau hari ini ada kuis. Tapi gak apa-apa.
Paling tidak pikiranku sedikit ringan. Hari itu lama sekali waktu berputar.
Satu jam saja terasa seperti satu windu. Mata bengkak, penampilan berantakan
serta muka pucat karena kurang tidur.
Jam sepuluh lewat
aku sudah sampai di kos.
Kumanjakan tubuhku
diatas kasur empukku hingga terlelap ke alam sadar. Aku ingin membalas tidurku
yang kurang tadi subuh. Dalam sekejab aku terbangun karena aku merasa ada yang
membebani pikiranku. Yupp! Tugas kuliah dan tugas peka’elku belum selesai
ternyata. “Mampus aku.” Dengan cepat kukeluarkan notebookku dari lemari yang berada
tepat didepan kasurku. Mulai menjelajahi mbah google untuk mencari jawabannya,
tapi gak dapat-dapat juga. Disisi lain pikiranku lari ke pemira fakultas yang
akan diadakan akhir bulan ini. Organisasiku akan melakukan koalisasi dengan
organisasi lain. Dan kami akan mengadakan pertemuan malam ini di kosku.
Aku mendapat
telepon kalau nanti sore ada bedah buku di sebuah cafe. Aku diminta untuk mengumpulkan
massa menghadiri acara yang diadakan caleg itu. Yaa…katanya sih tahun ini
tahunnya politik. So, wajar dong kalau banyak kegiatan yang dilakukan caleg atau
pun parpol untuk mencari simpati masyarakat.
Acaranya cukup
menarik, tapi menariknya karena aku yang lapar bisa dengan seenaknya menyantap
makanan yang disediakan oleh pihak cafe. Menunya simpel seperti kacang rebus,
goreng pisang, ubi goreng dengan pilihan minuman teh manis dan kopi. Belum lagi
ditengah-tengah acara, kedua teman pengurusku adu mulut. Capcus deh.
Jumat ini cuaca
tidak mendukung. Kadang gerimis, bahkan hujan. Karena cuaca ini pertemuan kami
terpending sampai jam sepuluh kurang. Banyak hal yang kami bahas dengan pihak
koalisi. Hingga jam dua belas malam lewat aktivitas organisasiku terhenti.
Akhirnya kuberikan
kesempatan untuk tubuhku menikmati masa-masa indahnya dengan terlelap dalam
mimpi.
Flashback penyebab
aku telat.
“05.00.”
Alarm handphoneku berbunyi. Aku sengaja
menyetel alarm biar bisa bangun cepat. Mataku tidak ingin melihat dunia, ia
masih ingin dalam kegelapan subuh itu. Mau atau tidak aku memaksakan mataku
terbuka. Aku menelepon si do’i. Ternyata ia belum ada tidur semalaman. Kami
hanya sebentar saja mengobrol karena gratisan telepon sudah habis. Membaca buku
subuh itu tidak lantas diterima dengan cepat oleh otakku. Sepertinya otakku
masih tidur. Lalu kubaringkan lagi tubuhku di kasur sambil memeluk bantal
guling. Dan aku pun tertidur.
“06.43.”
Aku terbangun. Sebenarnya selama hampir dua
jam itu aku sesekali bangun untuk mengecek jam. Aku pun mandi dan menyegarkan
tubuhku. Airnya dingin sekali. Tubuhku menggigil. Selesai itu, aku baringkan
tubuhku kembali sembari menunggu jam delapan, tapi? Aku pun tertidur pulas
hingga akhirnya terlambat bangun.
- The
End -