Sabtu, 12 April 2014

cerpenku 7

Bad Day
( 4 - 4 - 14)
“08.17.”
“AAARRRGGH!!! Aku telat!!!” teriakku keras saat melihat jam di handphoneku.
Teriak-teriak gak jelas sambil memakai baju, mulutku terus mengoceh kesal. Dan kali ini aku ke kampus dengan penampilan apa adanya dan acak-acakan. Aku takut telat karena tidak akan diijinkan si dosen masuk ruangan. Dengan cepat asal saja aku masukkan buku-buku ke dalam tas. Tidak lupa aku memasukkan handphoneku juga.
Saat sedang mengunci pintu, tiba-tiba ada yang meneleponku. Aku heran mengapa jam-jam segini ada yang meneleponku. Tangan kananku sedang berusaha mengunci pintu sembari membantu handphoneku menempel ke telingaku. “Halo, halo… halo bang?” tanyaku pada seseorang dibalik telepon itu. Saking terburu-burunya, handphoneku pun terjatuh. Praaaakkkk. Dan sambungan telepon itu juga terputus. Tuttt. Tuttt. Tuttt.
“Oh my god” ucapku kesal.
Saat mengambil handphone yang jatuh, aku melihat kancing bajuku masih terbuka. Untung saja aku pake tengtop jadi tidak kelihatan isi didalamnya. Lalu aku dengan cepat mangancingkannya.  “Ya Tuhan kenapa aku kacau sekali hari ini” teriakku kesal dalam hati.
Kemudian dengan langkah terburu-buru aku menuju kampus. Aku menelepon seorang teman untuk menanyakan si dosen sudah masuk atau belum.
“Titt. Titt. Halo?”
“Hah, halo. Udah datang bapak itu?”
“Belum. Cepatkan kaulah.”
“Oke, oke.”
Lalu kututup pembicaraan singkat itu dengan segera.
Dan untuk kesekian kalinya aku harus naik becak. Aku paling tidak suka naik becak, tapi apa daya daripada aku telat, ya kan?
Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai di kampus. Dengan setengah berlari aku menuju ruangan. Entah kenapa mahasiswa lain melihatiku. Mereka bisik-bisik, bahkan ada yang tersenyum dan tertawa juga. What’s wrong with me? I don’t know. Whatever-lah.
Hari ini kami ada kuis, so wajar kalau teman-temanku sudah duduk manis di kursinya sambil membaca buku. Dengan langkah siput, aku menanyakan temanku dari luar ruangan untuk memastikan si dosen sudah masuk atau belum. And I so lucky, si dosen belum datang. Dengan cepat aku masuk, tapi teman-teman menertawaiku. Saat itu rebut sekali.
“Yang baru bangunnya kau, Ndah? Berantakan kali rambutmu” sambut seorang temanku cowok sambil tersenyum geli.
“Hehehe, iya. Gak sempat tadi nyisir rambut” jawabku cengengesan.
Udah terburu-buru dari kos, ehh ternyata si dosen lupa kalau hari ini ada kuis. Tapi gak apa-apa. Paling tidak pikiranku sedikit ringan. Hari itu lama sekali waktu berputar. Satu jam saja terasa seperti satu windu. Mata bengkak, penampilan berantakan serta muka pucat karena kurang tidur.



Jam sepuluh lewat aku  sudah sampai di kos.
Kumanjakan tubuhku diatas kasur empukku hingga terlelap ke alam sadar. Aku ingin membalas tidurku yang kurang tadi subuh. Dalam sekejab aku terbangun karena aku merasa ada yang membebani pikiranku. Yupp! Tugas kuliah dan tugas peka’elku belum selesai ternyata. “Mampus aku.” Dengan cepat kukeluarkan notebookku dari lemari yang berada tepat didepan kasurku. Mulai menjelajahi mbah google untuk mencari jawabannya, tapi gak dapat-dapat juga. Disisi lain pikiranku lari ke pemira fakultas yang akan diadakan akhir bulan ini. Organisasiku akan melakukan koalisasi dengan organisasi lain. Dan kami akan mengadakan pertemuan malam ini di kosku.
Aku mendapat telepon kalau nanti sore ada bedah buku di sebuah cafe. Aku diminta untuk mengumpulkan massa menghadiri acara yang diadakan caleg itu. Yaa…katanya sih tahun ini tahunnya politik. So, wajar dong kalau banyak kegiatan yang dilakukan caleg atau pun parpol untuk mencari simpati masyarakat.
Acaranya cukup menarik, tapi menariknya karena aku yang lapar bisa dengan seenaknya menyantap makanan yang disediakan oleh pihak cafe. Menunya simpel seperti kacang rebus, goreng pisang, ubi goreng dengan pilihan minuman teh manis dan kopi. Belum lagi ditengah-tengah acara, kedua teman pengurusku adu mulut. Capcus deh.
Jumat ini cuaca tidak mendukung. Kadang gerimis, bahkan hujan. Karena cuaca ini pertemuan kami terpending sampai jam sepuluh kurang. Banyak hal yang kami bahas dengan pihak koalisi. Hingga jam dua belas malam lewat aktivitas organisasiku terhenti.
Akhirnya kuberikan kesempatan untuk tubuhku menikmati masa-masa indahnya dengan terlelap dalam mimpi.
Flashback penyebab aku telat.
“05.00.”
Alarm handphoneku berbunyi. Aku sengaja menyetel alarm biar bisa bangun cepat. Mataku tidak ingin melihat dunia, ia masih ingin dalam kegelapan subuh itu. Mau atau tidak aku memaksakan mataku terbuka. Aku menelepon si do’i. Ternyata ia belum ada tidur semalaman. Kami hanya sebentar saja mengobrol karena gratisan telepon sudah habis. Membaca buku subuh itu tidak lantas diterima dengan cepat oleh otakku. Sepertinya otakku masih tidur. Lalu kubaringkan lagi tubuhku di kasur sambil memeluk bantal guling. Dan aku pun tertidur.
“06.43.”
Aku terbangun. Sebenarnya selama hampir dua jam itu aku sesekali bangun untuk mengecek jam. Aku pun mandi dan menyegarkan tubuhku. Airnya dingin sekali. Tubuhku menggigil. Selesai itu, aku baringkan tubuhku kembali sembari menunggu jam delapan, tapi? Aku pun tertidur pulas hingga akhirnya terlambat bangun.

-  The End  -