Selasa, 20 Mei 2014

Artikel 2 (Pentingnya mempersiapkan dana pensiun sejak muda)

MEMILIKI JIWA WIRAUSAHA


Setiap manusia pasti melewati fase anak, remaja, dewasa dan tua. Dan setiap manusia pasti pula memiliki rencana di kehidupannya. Contohnya seorang karyawan sudah mempersiapkan asuransi untuk dirinya bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu padanya. Kita pun harus demikian. Walaupun masih muda, kita harus sudah memikirkan masa depan kita mulai saat ini. Saya sebagai seorang mahasiswa memiliki target empat tahun untuk jadi sarjana, kemudian mencari pekerjaan lalu menikah. Kita harus memiliki target dalam hidup ini supaya kehidupan kita berarti. Target yang dimaksud adalah persiapan kita dihari tua. Hari tua adalah masa-masa tenang bersama keluarga.
Selagi kita muda, sudah sebaiknya kita mulai memikirkan pola-pola usaha yang menguntungkan kita sebagai modal untuk menyiapkan dana pensiunan. Sebagai orang muda, kita harus memiliki jiwa wirausaha yang tinggi selain bergantung pada dunia kerja yang belum tentu dapat menjamin kehidupan kita dan keluarga.

Bekerja sambil berwirausaha atau memiliki kerja sampingan adalah dua hal yang sangat menyenangkan dimana kita diajari banyak hal. Salah satunya adalah mampu memanajemen waktu dan finansial dengan baik. Mulailah mendirikan usaha sejak kita muda dan selagi kita mampu. Contohnya mendirikan usaha lapangan futsal. Futsal merupakan jenis olahraga yang tidak akan pernah hilang karena hampir semua orang menyukai olahraga bola ini. Jadi, disamping menikmati dana pensiunan, kita juga memiliki aktivitas lain setelah pensiun dengan mengola wirausaha yang kita dirikan sejak muda tadi. http://bit.ly/BNI_Simponi

Artikel 1 (Pentingnya mempersiapkan dana pensiun sejak muda)

MARI BERINVESTASI
Dana pensiun merupakan tunjangan yang diberikan untuk memenuhi kesejahteraan karyawan yang telah berhenti bekerja atau pensiun. Dana pensiunan ini biasanya dinikmati di hari tua. Hari tua adalah masa-masa menikmati hasil jerih payah yang kita kumpulkan sejak muda ketika kita tua. Memang sangat diperlukan mempersiapkan dana pensiunan sejak dini, karena usia tua tidak memungkinkan kita lagi untuk bekerja keras. Banyak strategi yang bisa kita lakukan untuk menyiapkan dana pensiunan, diantaranya investasi, asuransi dan anuitas serta pendapatan pasif.
Kebanyakan orang mengumpulkan dana pensiunan melalui investasi. Investasi merupakan penanaman dana dalam jangka panjang. Jadi selama kita bekerja sejak muda, kita memiliki banyak waktu untuk menyiapkan dana pensiunan. Contohnya seperti membeli lahan kosong untuk menanam kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan investasi yang selalu ada. Menunggu hingga menghasilkan buah, kita bisa menabung untuk modal mendirikan usaha kos-kosan dan warnet, misalnya. Apalagi jika kita tinggal di kota besar yang dekat dengan perguruan tinggi atau sekolah sangat menguntungkan kita untuk mendirikan usaha kos-kosan dan juga usaha warnet. Namun lebih dahulu kita harus mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya bila ingin mendirikan usaha dan juga harus siap menanggung risiko bila usaha kita tidak berjalan sesuai dengan harapan. Disisi lain kita harus mampu mengatur gaji bulanan untuk biaya hidup sehari-hari dan juga untuk modal mendirikan usaha.

Jadi, walaupun kita sudah pensiun kita masih bisa menghasilkan uang lewat investasi yang kita tanam sejak muda tadi. Kita tidak hanya menikmati hasil usaha tersebut, tapi bahkan bisa juga kita wariskan kepada anak dan cucu. http://bit.ly/BNI_Simponi

Sabtu, 10 Mei 2014

cerpenku 11

Mantan Pacar dan Sahabatku

Namaku Gracia, aku mahasiswi semester 6 di salah satu universitas swasta di Bandung. Aku ngekost bersama teman SMAku. Kami dulu memang tidak kompak di sekolah tapi aku kenal dia. Dia adalah Naomi. Saat tau kami satu universitas tapi lain jurusan, kami jadi kompak dan akrab dan kami sepakat tinggal di kost yang sama di semester 3 nanti. Naomi sangat baik padaku, aku sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri. Dia juga mau berkorban untukku, contohnya saat aku tidak punya uang, dia mau berbagi denganku dan begitu juga sebaliknya. Naomi kenal dengan Yose pacarku. Kami berpacaran saat aku semester 2. Yose itu seniorku dan bulan ini Yose akan wisuda. Aku sangat mencintai Yose karna dia sangat perhatian, pengertian, baik dan peduli padaku. Naomi dan Yose juga saling kenal karna aku mengenalkan Naomi pada Yose dan Yose juga sering ngapelin aku ke kost.
Pagi-pagi jam 5 aku udah pergi ke salon buat mempercantik diri karna Yose akan wisuda hari ini dan Yose memintaku sebagai pendamping wisudanya. Naomi juga ikutan repot karna ngebantuin aku mempersiapkan diri. Aku ingin tampil beda di hari spesial pacarku. Setelah siap disalon dan di make up, aku dan Naomi naik taksi pergi ke aula karna dari tadi Yose terus menelponku tapi aku ngga mendengarnya. Akhirnya Yose menelponku lewat Naomi dan mengatakan kalo acaranya bentar lagi akan dimulai. Saat tiba di aula, acaranya sudah dimulai. Aku berlari menghampiri Yose. Yose memujiku, katanya aku cantik sekali hari ini. I’m so happy.
Yoseph Abdi Fradianto, saat sang rektor menyebutkan nama pemilik nilai terbaik tahun ini. Yose dan aku saling kaget dan saling berpandangan. Saking senangnya Yose mencium keningku pada hal semua mata saat itu tertuju padanya. Mukaku merah karna malu dilihatin sama semua orang termasuk kedua orang tuanya Yose. Yose memintaku mendampinginya menerima penghargaan itu dari rektor. “Thanks Jesus, aku bahagia banget hari ini, dan ini akan menjadi kenangan terindah di sepanjang hidupku”, bisikku dalam hati. Aku berfoto dengan Yose di depan papan bunga, bahkan lebih bahagianya lagi Yose mengajakku berfoto bareng kedua orang tuanya. “Oh my god. It’s a dream?” bisikku dalam hati tak menyangka apa lagi Yose memperkenalkan aku pada orang tuanya. Malamnya kami dinner bersama beberapa kerabat dekat dan teman-temannya Yose. Hari itu aku hampir saja melupakan Naomi karna keasyikan terbawa suasana.
Tak lama menganggur, akhirnya Yose dapat pekerjaan di salah satu perusahaan asing di Jakarta. Yose  ngapelin aku tiap week end  aja beda saat Yose masih kuliah dulu. Intensitas kami bertemu pun berkurang drastis, bahkan Yose terkadang ngga ngapelin aku dengan alasan sibuk kerja. Aku memakluminya. Aku ngga mau terlalu menuntut Yose selalu perhatian padaku. Aku berusaha menjadi pacar yang pengertian padanya, meski pun terkadang negative thinking itu menghantuiku karna Yose itu selain smart, dia juga ganteng dan punya lesum pipi yang menawan. Itulah yang membuat aku jatuh hati pada Yose karna saat dia tersenyum lesum pipinya kelihatan begitu menawan hingga membuat setiap wanita yang melihatnya jatuh hati.
Sore hari aku pergi belanja keperluan bulananku ke mall, aku pergi sendiri karna Naomi ada janji ngerjain tugas dengan temannya. Saat melewati sebuah butik di mall, ngga sengaja mataku melihat pemandangan yang tiba-tiba menyesakkan dadaku. Aku mengusap-usap mataku berulang kali untuk meyakinkan apa yang aku lihat itu salah. Tapi apa yang kulihat itu benar, Naomi ada di butik itu bersama Yose. Yose sedang memilih-milih baju buat Naomi. Mereka begitu dekat. Dekat sekali. Bahasa tubuh mereka menunjukkan kalo mereka memiliki hubungan spesial. Mereka tampak bahagia. Bahkan sesekali Yose memeluk dan mencium kening Naomi. Tiba-tiba seluruh badanku lemas tak berdaya. Saat sedang sibuk memperhatikan mereka, maminya Yose menelponku, karna takut ketahuan mereka aku pergi meninggalkan butik itu. Maminya Yose mengajakku bertemu di salah satu restoran ternama di Bandung. Kemudian aku menemui maminya Yose. Beliau begitu baik dan perhatian padaku. Aku seperti mendapatkan sosok mama yang baru. Memang mamaku sudah meninggal 5 tahun yang lalu karna serangan jantung. Pikiranku masih saja terbayang pada Yose dan Naomi di butik, tapi hatiku seperti tercabik-cabik ketika maminya Yose mengatakan bahwa beliau menyukaiku dan berharap aku menikah dengan Yose. Duaaaaarrr! Serasa petir dahsyat menghantam diriku. Aku dilema. Disisi lain anaknya telah mengkhianatiku, namun disisi lain entah kenapa aku begitu menyayangi maminya Yose. Beliau mirip sekali seperti mamaku. Dari gayanya berbicara, tatapan matanya, bahkan perhatiannya mengingatkanku pada mamaku.
Setelah kejadian itu aku jadi sering murung, berbeda 360 derajat dengan Naomi yang kelihatan begitu sangat bahagia. Naomi merasa aku ngga tau apa-apa tentang hubungannya dengan Yose. Karna melihat sifatku yang pendiam dan sering melamun, Naomi bertanya padaku, “Kamu kenapa Gres?”
“Aku ngga pa-pa kok. Oh ya, aku boleh nanya sesuatu?”
“Kok pake nanya sih, kita itu sahabat. Kalo ada yang mau kamu tanya ya tanya aja”.
“Oh iya ya, kita kan sahabat” sindirku. “Gimana perasaan kamu kalo tau sahabat baikmu selingkuh dengan pacarmu? hmm?”
Naomi diam seribu bahasa. Saat menjawab pun dia terbata-bata. Aku pun semakin curiga dengannya. Lalu malamnya Yose datang ngapelin aku. Tapi aku heran dengan tingkah mereka yang biasa-biasa saja seakan tidak ada terjadi apa-apa. Yose tanpa segan menciumku dihadapan Naomi. Pikiranku mulai kacau karna Yose sangat perhatian padaku, bahkan dia mengajakku dinner berdua di cafe favorit kami. Yose kelihatan bahagia. Saat aku mengatakan padanya kalo kemarin maminya menemuiku dan mengatakan bahwa beliau ingin aku menikah dengannya setelah aku selesai kuliah nanti. Tanpa sengaja Yose menyemburku dengan minuman orange yang diminumnya. Bajuku basah. Dengan cepat Yose mengambil tisu dan membersihkan bajuku. Yose tampak panik sekali.
“Kamu kenapa?”
“Aku ngga apa-apa kok. Aku cuma kaget aja mami bilang gitu ke kamu”.
“Ngga ada yang salah kan? Kemarin kan kamu udah ngenalin aku sama orang tua kamu. Mungkin mereka menyukaiku apa lagi mami kamu udah aku anggap seperti mamaku sendiri”.
Yose terdiam. Aku hanya tersenyum padanya. Aku jadi tambah semakin yakin kalo ada hubungan spesial antara Yose dan Naomi karna sifat mereka berubah saat aku menyinggung sedikit tentang mereka. Malam itu aku putuskan buat memata-matai mereka.
Namun tiba-tiba aku dapat kabar dari Yose kalo maminya sedang sakit dan beliau memerlukan aku. Beliau dirawat di rumah sakit yang tak jauh dari kostku. Tiap hari aku memasak dan menjenguk beliau. Hampir seminggu Yose tidak menjenguk maminya karna sibuk dengan urusan kantor yang mengharuskannya pergi keluar kota. Niatku buat memata-matai mereka tertunda karna harus ngerawat maminya Yose selama sakit karna Yose ngga punya saudara. Saat menyuapi beliau, tiba-tiba Yose datang bersama Naomi. Naomi membawa parsel buah. Entah kenapa hatiku panas saat mereka datang bersama, bahkan Yose mencueki aku malah Yose asyik mengobrol dengan Naomi. “Aku ngga dianggap” kataku lirih dalam hati. Tanpa terasa air mataku membasahi pipiku. Aku cepat-cepat menghapusnya sebelum mereka melihatku. Lebih sakitnya lagi saat Yose dan Naomi pulang, mereka tak menyapaku sedikit pun, bahkan aku seperti hantu yang kehadiranku tak dianggap. Hatiku berteriak histeris. “ApaYose ngga menganggapku lagi sebagai pacarnya?” pikirku.
Besoknya mami Yose pulang, aku turut mengantarnya sampai di rumah. Hatiku seperti ditusuk-tusuk jarum saat aku melihat Yose dan Naomi dengan mesranya mendorong kursi roda maminya masuk ke rumah. Yose benar-benar mengabaikanku. Akhirnya aku pulang tanpa permisi dulu pada mami Yose. Aku mengirim sms pada Yose dan mengatakan aku ada kuliah tambahan makanya aku ngga sempat pamit. Tapi Yose ngga merespon sms-ku. Hatiku hancur.
Saat sedang menemani mami Yose, aku melihat laptop Yose terletak di meja rias maminya. Lalu aku mengambilnya untuk menghilangkan kebosananku karna saat itu maminya sedang tidur. Tanpa sengaja aku membuka file rahasia Yose. Tiba-tiba ada yang  jatuh dari pelupuk mataku dan dadaku pun mulai sesak hingga aku sulit untuk bernapas. File itu berisi foto-foto Yose dan Naomi saat di Pulau Kuta Bali dan di puncak, yang bikin aku kaget lagi dalam foto itu tertera tanggalnya. Mereka berfoto setelah aku dan Yose jadian 1 bulan. Itu artinya mereka sudah lama backstreet tanpa kuketahui. Selama 2 tahun mereka membohongiku dan bodohnya lagi aku ngga tau hal ini. SAKIT! Satu kata yang mewakili perasaanku. Kemudian mataku membaca judul file yang buat aku penasaran. Aku membaca sepenggal catatan Yose tentang aku dan Naomi.
“Aku sangat menyayanginya. Aku tau aku sudah membohongi Gracia selama ini. Sebenarnya aku tidak mencintainya, tapi aku ngga bisa jujur padanya karna aku ngga mau menyakiti hatinya, dia terlalu baik untuk kusakiti. Aku sangat mencintai Naomi, dia buat hari-hariku penuh bahagia beda saat aku bersama Gracia, hampa kurasa. Aku ingin Naomi menjadi ibu dari anak-anakku. Ya Tuhan, bantu aku untuk bisa jujur pada Gracia”.
Aku tidak menyadari kalo Yose melihatku membuka laptopnya. Dengan kasar Yose mengambil laptop itu dari tanganku. Yose marah sekali. Itu pertama kalinya aku melihat Yose marah padaku selama kami pacaran. Tatapannya tajam. Aku seperti orang bego yang ketahuan mencuri sama pemiliknya. Dengan lirih aku mengatakan “Kita sudahi aja hubungan ini. Aku harap kamu bahagia dengan Naomi”. Lalu aku meninggalkan Yose tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Setelah kejadian itu, Naomi ngga pernah pulang ke kost. Seminggu setelah itu, Naomi mengirim beberapa orang untuk mengambil barang-barangnya dari kost. Aku kecewa atas sikap Naomi yang tidak dewasa dan terbuka. Setelah semua barang Naomi dimasukkan ke dalam mobil box, Yose datang menghampiriku dan berkata “Maafin aku Gres. Aku sadar kalo aku salah karna aku ngga jujur sama kamu selama ini. Aku sangat menyayangi Naomi melebihi apa pun, aku takut kehilangan dia”. Hatiku hancur berkeping-keping saat Yose mengatakan “Aku sangat menyayangi Naomi melebihi apa pun, aku takut kehilangan dia”. Tanpa kusadari wajahku dibanjiri air mata. Aku malu pada diriku sendiri. Saat Yose memelukku untuk terakhir kalinya, aku melihat Naomi di dalam mobilnya Yose. Setelah itu Yose memberikan aku surat permohonan maaf dari Naomi. Kemudian aku mencium kening Yose seperti yang biasa dia lakukan padaku. Karna Yose jauh lebih tinggi dariku, terpaksa aku jinjit supaya aku bisa menciumnya. “Katakan pada Naomi aku sudah memaafkannya. Aku harap kalian bahagia” kataku. Karna tak tahan lagi, aku berlari ke kamarku meninggalkan Yose yang masih berdiri di depan kostku. Diam-diam aku mengintip kepergian mereka dari jendela kamarku. Setelah kejadian itu, aku membuang jauh-jauh kenanganku tentang Yose dan juga Naomi. Kukubur kenangan kami semua dalam-dalam. Bahkan aku pindah kost demi dapat melupakan semuanya.
2 tahun kemudian aku dapat undangan penikahan Yose dan Naomi. Tiba-tiba hatiku terasa sangat sakit saat membaca undangan mereka. Meski pun aku sudah 2 tahun putus dari Yose dan berpisah dengan Naomi, tapi rasa sakit itu masih agak sulit buat kulupakan karna mereka adalah orang-orang yang kusayangi. Tak ingin terluka untuk kedua kalinya, aku mengirimkan hadiah pernikahanku lewat salah seorang temanku.
5 tahun kemudian....
Saat ini aku bekerja sebagai manajer di salah satu mall ternama di Jogjakarta. Karna sibuk berteleponan dengan produsen tanpa sengaja aku menabrak seorang pria dan anaknya. Bruukkkkk! Handphoneku tercampak. Karna aku sadar kalo aku yang salah aku minta maaf pada pria tersebut. Aku kaget setengah mati saat aku tau pria itu adalah mantanku yang dulu mengkhianatiku. Pria itu adalah Yose. Tiba-tiba pandanganku berpaling dari Yose saat seorang anak kecil menarik tanganku dan memberikan handphone itu padaku. Anak itu lucu dan imut sekali. Usianya sekitar 4 tahunan. Namun saat aku melihatnya, aku seperti melihat sosok Naomi. Aku melihat Yose dan anaknya, aku ngga melihat Naomi bersama mereka.
“Ini anak kamu Yos? Siapa namanya?”.
“Namanya Gracia Putri Naomi Yosephine”.
Aku terdiam. Ada namaku, Yose dan Naomi dinama anak yang lucu itu. Tapi aku masih bertanya-tanya “dimana Naomi?”. Karna penasaran, aku menanyakan keberadaan Naomi pada Yose. Aku sangat shock saat tau Naomi sudah meninggal 4 tahun yang lalu saat melahirkan Cia, nama panggilan anaknya. Naomi menderita kanker rahim stadium akhir. Aku sedih mendengarnya karna aku ngga bisa menemani Naomi disaat dia kesulitan. Hari itu juga aku jiarah ke makam Naomi ditemani Yose dan juga putrinya. Aku menangis di pusaran makam Naomi, Cia memelukku. Aku tau dia mengerti apa yang kurasakan meski umurnya baru 4 tahun. Aku membalas memeluknya. Aku merasakan ada damai dan ketentraman dalam diri Cia. Entah kenapa aku begitu menyayanginya. Yose hanya tersenyum melihatku memeluk Cia.
            Setelah berjiarah ke makam Naomi, hubunganku dengan Yose dekat kembali karna hampir setiap hari kami bertemu karna aku ingin menemui Cia. Anak ini ngangenin banget. Hari demi hari kami lewati bersama. Baru kusadari ternyata aku masih menyayangi Yose sama seperti dulu walau pun dia sudah menyakiti hatiku. Rasa sakit ini terobati karna adanya kehadiran Cia diantara kami berdua. Tidak lama kemudian, Yose melamarku. Aku tau ini begitu cepat, tapi Yose mengatakan sudah lama dia mencari-cari diriku karna sebelum meninggal Naomi memberikan surat pada Yose supaya diberikan untukku. Inilah isi surat Naomi untukku.
“Buat Gracia, sahabatku.
Maafin aku yang sudah merebut Yose darimu. Aku sangat menyayanginya. Aku tau aku egois, tapi aku ingin mengisi hari-hari terakhirku bersama Yose karna aku tau umurku ngga lama lagi. Aku titipkan Gracia Putri Naomi Yosephine padamu. Aku yakin kamu orang yang tepat menjadi ibunya Cia. Jagain dia buatku. Dan aku juga mau kamu menjadi pendamping Yose karna sebenarnya dia juga menyayangimu. Baiklah, aku harap kamu ngga nolak permintaan terakhirku ini. Akhirnya aku bisa pergi dengan damai. T’rima kasih Grace.”
Aku menangis membaca surat singkat namun bermakna itu dari Naomi, dia memintaku menjaga Cia buatnya. Dengan percaya diri aku menerima lamaran Yose. Akhirnya kami pun menikah di depan pusaran makam Naomi. Sekian J

Ini juga cerpen yg pernah saya ikutkan dalam lomba, tapi tetap masih gagal. hihihi. semangaat !!! :)

Senin, 05 Mei 2014

cerpenku 10

MANTANKU, SI ANAK MAMI
“K..ka..kamu mau ngga jadi cewekku?” kata Fanny saat menembakku di dekat lapangan basket sekolah. Sumpah, saat itu aku kaget setengah mati saat kata-kata itu keluar dari mulutnya. Fanny yang selama ini dikenal anak mami itu ternyata punya keberanian juga nembak cewek. Aku tersenyum sinis padanya. Saat itu kupegang tangannya yang halus dan mulus. Maklum aja, dari kecil Fanny ngga pernah ngelakuin hal-hal berat yang biasa kaum adam lakukan pada umumnya. Maminya sangat over protektif karna maminya punya pengalaman pahit 2x keguguran. Fanny dilarang ini dan itu. Boleh dibilang Fanny ada dibawah ketiak maminya. Fanny terkenal dengan sebutan “kata mami” karna setiap kali dia berbicara “kata mami” tak pernah hilang dari kalimatnya. Meski pun begitu Fanny salah satu siswa terbaik di sekolah kami. Selain juara umum, juara olimpiade tingkat nasional dan internasional, dia juga dinobatkan sebagai siswa teladan tiap semesternya. Bayangkan coba udah berapa banyak prestasi yang dia punya? Banyak banget kan! Di setiap sudut rumahnya ada piala, sertifikat, piagam serta medali emas, perak dan perunggu. Hebat bukan? Dari segi tampang pun dia ngga kalah jauh dari semua siswa cowok di sekolah. Papinya Fanny berkebangsaan Inggris, so wajar aja kalo wajahnya mirip dikit sama Taylor Lautner. Tapi kalo tiap dekat cewek Fanny selalu gemetaran. Ngga salah kalo aku kaget saat dia nembak gue.
Praakkkkk! Fanny tumbang. Bola basket itu menghantam kepalanya. Bintang-bintang kecil mengeliligi kepalanya. Semua siswa mendekati Fanny, semua takut terjadi apa-apa padanya. Aku yang suka iseng kemudian bilang, “gue mau kok jadi pacar lo”. Refleks saja Fanny langsung sadar dan memelukku. Semua siswa yang melihat kami kelihatan bingung. Aku kaget Fanny memelukku pada hal  aku cuma iseng aja bilang gitu. “Berarti hari ini kita resmi jadian dong” kata Fanny sumringah. Semua siswa yang ada disitu langsung bertepuk tangan, bersorak bahkan menyalami kami berdua. Kami seperti pengantin diberi selamatan. Aku yang dikenal tomboy dan belum pernah pacaran selama hidupku jadi korban bulian teman-temanku.
Sudah 3 bulan kami berpacaran. Bulan depan kami akan menghadapi UN pada hal aku ngga pernah belajar. Suatu hari Fanny mengajakku belajar bareng. Setelah pulang sekolah kami pulang bareng. Setibanya di rumah, maminya langsung memeluk dan mencium anak satu-satunya itu bahkan maminya ngga menyapaku. Untung aja Fanny masih menganggap aku ada kalo tidak tanpa proses kuputuskan dia saat itu juga di depan maminya. “Kesal banget” pikirku. Selama kami belajar, maminya terus mengawasi kami. Aku yang biasanya suka menjitak kepala Fanny dan mengejeknya ngga bisa berbuat banyak. Gerak gerikku diawasi. Bahkan tanpa malu-malu maminya menyuapi Fanny makan di depanku. “Ya ampun, ini anak loh” pikirku dalam hati. Yang bikin aku kesal lagi, kemana Fanny pergi disitu pasti ada maminya. Disaat ngedate pun maminya ikut juga. Pernah saat makan di restoran, sikap over protektif maminya kelewatan banget. Semua makanan Fanny diperiksa lebih dulu sama maminya karna Fanny yang alergi bawang putih dan udang itu pernah masuk ICU akibat keracunan makanan seafood.
Aku curhat sama teman-temanku tentang Fanny dan mereka menertawaiku. Mereka bilang maminya Fanny itu seperti klinik 24 jam.
“Protektif sih sah-sah aja tapi ngga segitunya juga kali” kata Lira menyindirku.
“Mmm. Bener banget tuh Ra. Lo udah pantes nasehatin Fanny biar ngga selalu nurut kata maminya. Dia udah dewasa dan dia udah bisa make a choice” sambung Weila.
“Kata mami” ejek Olive. Mereka terus menyindir dan mengejekku sejak aku berpacaran dengan Fanny. Tapi setelah kupikir-pikir apa yang dibilang Weila itu benar  juga, aku harus bisa membuka pola pikirnya Fanny yang terlalu anak mami. Aku pun berencana untuk mengatakan hal ini padanya. Lalu aku meng-sms-nya dan mengajaknya jalan setelah pulang sekolah nanti.
            Hari itu aku sengaja mengajak Fanny ke tempat yang belum pernah dijalaninya. Aku ingin menunjukkan padanya kalo di luar dunianya masih ada dunia yang jauh lebih indah. Kami pun mampir di salah satu jualan di pinggir jalan. Aku tau kalo selama hidupnya Fanny ngga pernah makan di pinggir jalan. Perasaan tak nyaman itu tersirat diwajahnya. Dia kelihatan gelisah dan membersihkan dengan tisu apa yang menurutnya kotor. “Ini anak bersih amat, gue aja cewek ngga segitunya” bisikku dalam hati. Aku memaksa Fanny makan kalo tidak aku mengancamnya putus. Setelah itu kami ke taman bunga, tempat aku dan teman-temanku nongkrong kalo pulang sekolah. Fanny terlihat gugup dan malu-maluin. Aku pun mulai mengatakan semua unek-unekku tentang maminya. Bahkan saking emosinya aku ngga sadar memarahinya hingga membuatnya ketakutan. Aku memeluknya sambil menasehatinya dengan lembut. Aku tau hal ini yang maminya lakukan padanya. Dan Fanny pun berjanji untuk tidak jadi anak mami lagi, itulah janjinya padaku. Aku pun senang mendengarnya.
            Setelah kejadian di taman bunga itu, Fanny kelihatannya sudah berubah. Hampir aku tidak pernah dengar “kata mami” keluar lagi dari mulutnya. Teman-temanku pun salut padaku karna berhasil membuatnya berubah. Bahkan dari cara dia berjalan, berpakaian hingga cara dia berbicara pun berubah. Siswa cewek di sekolahku pun mulai meliriknya. Fanny juga mulai berubah jadi cowok yang romantis dan perhatian padaku. Tiap pulang sekolah dia mengajakku jalan, makan, nonton, hingga menemaninya belanja keperluan cowok di mall. Maminya pernah memarahiku lewat telpon. Maminya menganggap aku biang keladi penyebab Fanny ngga nurut lagi pada perintahnya, bahkan maminya menyuruhku menjauhi Fanny. Tanpa Fanny ketahui, maminya sering datang ke rumahku memaki aku dan juga keluargaku. Keluargaku memang sederhana tapi ngga pantas maminya memaki keluargaku. Aku sengaja merahasiakan hal ini dari Fanny. Kusimpan sakit hati ini karna entah kenapa aku mulai merasa takut kehilangan dia.
            Minggu tenang. Minggu depan kami akan menghadapi UN. Aku dan Fanny jadi sering belajar bareng di rumahku. Keluargaku sudah kenal dekat dengan Fanny karna dia anak yang baik dan juga sopan. Aku minta pada orang tuaku untuk tidak mengatakan pada Fanny kalo maminya sering memaki keluargaku. Fanny sabar mengajariku matematika dan juga fisika karna aku bego dibagian perhitungan. Aku pun bingung kenapa aku bisa masuk kelas IPA pada hal nilai IPSku bagus. Aku dan Fanny memang beda kelas tapi sama-sama IPA.
Pengumuman kelulusan SMA. Aku pergi bersama temanku ke sekolah melihat pengumuman karna Fanny sulit dihubungi beberapa hari ini. Aku dengar-dengar katanya Fanny akan kuliah diluar negeri. Aku pergi kerumahnya, tapi satpamnya bilang Fanny udah ngga tinggal dirumahnya lagi. Aku kecewa mendengarnya. Dia ngga memberitahuku. Tahun ini kami semua lulus. Semua temanku senang tapi aku malah sedih memikirkan Fanny. Saat itu aku melihat Fanny berdiri dekat gerbang sekolah. Dia tampak kurus dan wajahnya pucat. Aku tak melihat maminya ada didekatnya. Kuhampiri Fanny untuk menjawab rasa penasaranku akan sikapnya yang berubah drastis. “Hai Fan” sapaku sambil memberikan senyum terbaikku. Fanny diam dan hanya membalasnya dengan senyuman. Aku pun semakin penasaran.
“Selamat mas. Mas Fanny lulus” kata sang sopir.
“Oh, makasih pak” jawab Fanny jutek.
Di dalam mobil aku melihat maminya Fanny. Aku baru sadar kenapa Fanny begitu cuek padaku. Lalu aku menatapnya seakan berusaha untuk mencari alasan dia menjauhiku. Tapi aku tak menemukannya. Lalu Fanny memberiku sebuah amplop berwarna biru muda. Sebelum masuk ke mobil, Fanny mencium keningku. Itulah ciuman pertamanya selama kami pacaran sekaligus ciuman terakhirnya karna setelah itu kami tak pernah ketemu lagi. Fanny hilang tanpa jejak bak ditelan bumi. Kutanya semua teman sekolah kami tapi satu pun tak ada yang tahu kabar atau pun keberadaan Fanny.
“Lusa aku dan mamiku akan kembali ke Inggris. Disana aku akan melanjutkan studiku. Makasih udah mau mengisi hari-hariku. Maafin mamiku karna memaki kamu dan juga keluargamu. Sampaikan permohonan maaf mamiku pada mereka. Begitu cepat aku mengakhiri hubungan ini tanpa memberikan alasan. Maaf aku ngga bisa kasih tau alasannya sekarang tapi kalo suatu saat nanti kita bertemu kembali, aku akan menceritakan semuanya. Makasih karna udah mau mengubah hidupku. Baik-baik ya selama disini. Aku harap kamu menemukan pria yang baik, perhatian, pengertian, tulus menyayangimu dan dia juga ngga anak mami kayak aku. Hahaha. Aku sayang kamu Ay J “.
Itulah isi surat yang Fanny berikan padaku. Hampir tiap malam aku membacanya hingga aku bisa menghapal isi surat itu. Setiap kali kubaca, air mata ini jatuh. Sakit? Pasti! Kecewa? Banget! Kesal? Apa lagi! Kucoba untuk mulai melupakan kenangan 4 bulan itu dan mulai membuka hati buat orang lain.
7 tahun kemudian....
“Ay, tolong besok kamu temui klien kita di hotel internasional jam 9 pagi ya” kata dirut perusahaan padaku.
“Baik pak” jawabku. Saat ini aku bekerja di salah satu perusahaan asing. Tugasku menemui klien yang datang dari luar negeri. Boleh dibilang bahasa inggrisku cukup bagus. Entah kenapa saat aku mendengar negara Ratu Elizabeth itu aku selalu teringat pada Fanny. “Gimana ya kabarnya disana?” pikirku. Aku sudah punya pacar bahkan rencananya kami akan menikah bulan depan. Dia rekan satu kerjaku yang dipindahtugaskan ke cabang lain. Namanya Pasco Brata. Sudah hampir 3 tahun kami berpacaran. Dia ngga beda jauh dari Fanny hanya saja Tata, nama panggilannya, berasal dari keluarga sederhana seperti aku.
            Teng. Tepat jam 8 pagi. Aku sudah bersiap. Pagi ini aku harus menemui seorang klien di salah satu hotel internasional di Jakarta. Aku pergi lebih awal karna takut kejebak macet. Setelah aku kerja, cara berpakaianku berubah drastis. Aku dituntut harus memakai rok dan blazer plus high heels, bahkan teman-temanku ngga kenal lagi samaku. Tiap kali ketemu, aku harus panjang lebar menjelaskan perubahanku ini pada mereka. Sumpah, melelahkan banget. Tapi aku masih seperti Ayuke yang dulu yang always no on time. 08.47 tepat aku sudah sampai lebih dulu di hotel. Aku naik lift agar cepat sampai di ruangan meeting. Tapi karna aku kebingungan mencari ruangannya, aku pun terlambat 15 menit pada hal aku sudah berusaha secepat mungkin sampai ditempat. Ternyata klienku itu sudah setengah jam menungguku.
I’m sorry sir I’m late” kataku dalam bahasa inggris.
It’s OK” jawabnya simpel.
Klien itu masih membelakangiku. Dia sepertinya sedang membaca. “Mmm....” tiba-tiba aku terdiam saat klien itu membalikkan badannya. “Fanny?” kataku dalam hati. Tanpa sengaja dokumen yang aku pegang lepas dari tanganku karna saking kagetnya. Kaget setengah mati. Fanny kelihatan berubah. Dia tak memakai kaca mata lagi. Bahkan aku tak melihat maminya ada didekatnya. “Ayuke?” kata Fanny sambil melangkah mendekatiku. Aku masih diam mematung. Lalu Fanny mengumpuli dokumenku yang sudah berserakan itu di lantai. “Are you OK?” kata Fanny menyadarkanku. “I’m OK. Sorry” balasku sambil mengumpulkan dokumenku itu. Aku tak percaya aku bisa bertemu lagi dengan Fanny. Namun diwajahnya aku menangkap suatu kesedihan yang amat teramat dalam. Aku dan Fanny pun mulai membahas kerja sama perusahaan. Setelah itu Fanny mengajakku makan siang di salah satu restoran Jepang. Dia bercerita tentang kehidupannya selama disana bahkan dia mengatakan kalo maminya sudah meninggal tahun lalu, sedangkan Fanny baru bercerai dari istrinya. Aku kaget ternyata Fanny sudah menikah. Fanny juga mengatakan alasannya pergi tanpa alasan padaku karna sakit maminya yang mulai parah dan dia ingin membahagiakan maminya dengan menuruti semua keinginan sang mami.   
Setelah di hotel itu, kami jadi sering bertemu. Fanny masih saja seperti dulu, tidak suka makan di pinggir jalan, sebelum makan dia memeriksa makanannya, dia juga setia membawa tisu kemana pun dia pergi bahkan “kata mami” pun tak luput kalimatnya. Tapi aku menyukai semuanya itu. Lalu aku memberikan undangan pernikahanku pada Fanny. Bagaimana pun aku sudah tidak punya perasaan lagi pada Fanny, karna aku sudah punya  Tata yang setia membantuku melupakan Fanny. Kuakui Fannylah cinta pertamaku. Fanny tersenyum melihat undangan pernikahanku dan memberikan selamat. “Aku pikir setelah aku pulang kita bisa bersama lagi saat dulu, tapi ternyata penantianku sia-sia, kamu sebentar lagi akan menjadi milik orang lain. Semoga kamu bahagia Ay” kata Fanny. Raut kekecewaan terlihat jelas diwajahnya. “Makasih Fan. Aku harap kamu juga” balasku sambil memegang tangannya dan tersenyum.

            Gaun pengantin yang tampak cantik dengan laced rapat di bagian bahu, dada dan pinggang. Bagian bawah gaun tampak ringan tanpa meninggalkan kesan feminin karya Elie Saab. Sarung tangan Laced yang terbuat dari satin juga menghiasi tanganku. Kepalaku diperindah dengan kerudung putih yang menjadi simbol bagi para wanita sebagai tanda sucinya sebuah pernikahan. Saat sedang duduk di depan cermin, Fanny datang. Saat itu dia tampan sekali mengenakan Laxmi Tailor 15 dilengkapi dasi kupu-kupu dan sarung tangan putih. Aku meminta Fanny sebagai wali nikahku karna ayahku sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Hampir saja aku membatalkan pernikahanku karna aku terpesona melihatnya. Tata sudah tiba di gereja. Tata mengenakan baju pengantin serba putih koleksi Vertus 86. Lira masuk ke ruangan pengantin memberitahuku kalo pemberkatannya akan dimulai. “Lo cantik banget Ay” puji Lira sambil mengenggam jemari tanganku. “Thanks Ra. Lo juga cantik kok hari ini” balasku memujinya.

            Didampingi Fanny, aku mulai berjalan diatas red carpet diiringi musik Mendelssohn's Wedding March yang menjadi musik pengiring pernikahan paling populer di dunia saat ini. Sesampainya di altar, Fanny menyerahkanku sepenuhnya pada Tata. Dihadapan sang pastor, kami diberkati dalam pernikahan suci. Setelah itu aku dan Tata saling menyematkan cincin pernikahan sebagai simbol ikatan yang tidak akan berakhir. Lalu kami berjalan keluar gereja. Di depan gereja aku membelakangi tamu undangan, terutama wanita, lalu melempar bunga pengantin ke belakang. Aku ngga tau siapa yang mendapatkan bunga itu karna saat itu Lira, Weila dan Olive saling berebutan. Aku harap mereka juga bisa bahagia bersama pasangannya. Seperti tradisi dari barat, aku dan Tata berciuman, semua undangan bersorak sorai. Burung-burung berkicau merdu seakan mengucapkan selamat.

            Aku dan Tata pun hidup bahagia. Fanny kembali ke Inggris karna semua keluarganya ada disana. Setelah aku menikah, Lira, Weila dan Olive pun menyusulku ke pelaminan. Sekian J


 NB: cerpen ini pernah saya ikutkan dalam lomba, namun saya belum beruntung. Untuk teman-teman yg punya hobi menulis, jangan berhenti melahirkan karya-karya terbaikmu. Good luck. :)