Rabu, 30 April 2014

cerpenku 9

Mahasiswa Abadi
“Woiii!” teriak Felix memanggil Delta yang tengah asik bermain gitar di depan kostnya.
Delta yang keasikan main gitar sambil bernyanyi itu gak mendengar suara Felix yang sudah memanggilinya berulang-ulang.
Plakkkk. Felix menepuk pundak Delta hingga membuatnya terkejut.
“Woi. Lo itu budeg banget ya, gue panggili juga gak dengar-dengar” gerutu Felix pada teman sebelah kostnya itu.
“Eh elo lix, ngapain lo kemari?” tanya Delta tanpa basa basi sambil memainkan gitarnya. “Jangan bilang lo datang kemari mau minjam uang. Maaf, uang gue juga gak ada, ini tanggal tua bro, beasiswa dari pusat belum ditransfer. Gue lagi kere ni, dari tadi aja gue belum ada makan, ini cacing di perut udah pada demo makanya gue main gitar buat nghibur cacing-cacing gue” curhat Delta tanpa memberi Felix menjelaskan alasannya datang ke kost. Felix terawa mendengar curhatan teman satu jurusannya itu sambil memukul-mukul pundaknya Delta. Delta bingung melihat ekpresi Felix ketawa yang kayak orang gila. “Ini anak lagi stres kali ya karna gak ada uang” kata Delta dalam hati.
“Gue tau kok bro kalo tanggal segini lo itu pasti gak pegang uang sepeser pun. Gue kemari itu mau ngajak lo koalisi, seperti biasa” kata Felix sambil mengambil gitar Delta dari tangannya.
“Oh. Okelah. Kebetulan gue laper banget ni bro, belum ada makan dari tadi pagi. Untung aja hari ini kuliah kita kosong jadi gue gak ada ngeluarin duit” curhat Delta lagi tentang apa yang dialaminya hari ini.
Saat awal bulan, mahasiswa memandang sebelah mata terhadap recehan. Recehan tak dianggap, mereka diletakkan dimana-mana. Hingga akhir bulan tiba, uang kertas mulai abis...”Recehan, I need you L”.  Dan mahasiswa mencari kembali recehan yang tersebar seperti yang dilakukan Delta dan Felix.  “Wah ada uang gopek” seru Delta.
Kamar kost Delta berantakan karna nyariin si uang receh dan mereka berhasil mengumpulkan 4.700 uang receh Delta ditambah 4.200 uang receh milik Felix. Akhirnya terkumpullah 8.900 hasil koalisi uang receh mereka.
“Cuma segini yang ada, paling cuma dapat satu nasi bungkus doang, trus kita makan apa besoknya?” keluh Delta.
Melihat ekspresi Delta yang bingung gunain uang 8.900 itu membuat Felix tertawa hingga membuatnya sampai mengeluarkan air mata dan ngences. “Hahahaha. Ya ampun Del, ini gak pertama kalinya kita koalisi, tiap bulan kan kita emang selalu kayak gini. Ya udah kita ke indomaret yuk, kita nyeduh indomie” ajak Felix sambil tertawa kecil.
“Oh iya ya” kata Delta polos sambil menggaruk-garuk kepalanya.
***
Felix dan 3 teman kelompoknya komat kamit gak jelas karna nungguin Delta yang gak muncul-muncul juga. Udah sejam mereka nunggu Delta dari jam 9 tadi. Felix yang kesal lalu menelpon Delta. Kriiinggggg. Kriinggggg. “Ha...lo??” jawab Delta dengan mata masih terpejam.
“Bro, lo udah dimana, kita udah nungguin lo ni sejam disini, lo tau kan kalo sekarang kita ada kerja kelompok” sembur Felix. Mata Delta melek lalu melihat ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan jam 10. “Mampus gue” teriak Delta dalam hati. “Gue otewe bro” kata Delta lagi pada hal dia masih tiduran.
“Buruan dong bro, udah ditungguin ni” seru Felix lagi.
“Gue lagi dijalan ni otewe” teriak Delta berlari menuju kamar mandi sambil membawa handphone.
“Gile lama bener lo!” teriak Felix mulai kesal.
“Gue kehujanan bro” jawab Delta yang lagi mandi. “Srassshh. Srasshhh”, pada hal itu suara air keran kamar mandi. 20 menit kemudian Delta udah nyampe di kampus. Saat sampai di ruangan, ekspresi wajah teman kelompoknya kusut banget, mereka melototi Delta dengan tatapan sinis. Delta cengengesan melihat ekspresi temannya.
“Sory bro jalanan macet total, tadi gue juga nolongin nenek-nenek nyebrang” celoteh Delta tanpa dosa pada teman kelompoknya. Kebiasaan Delta yang gak pernah on time dan selalu banyak alasan itu udah hal biasa bagi teman-temannya. Mereka pun kembali melanjutkan kerja kelompok.
“Oh ya bro, brapa skor barca-madrid? Semalam gue gak nonton karna gak punya TV di kost” bisik Delta pada seorang teman kelompoknya. Saking kesalnya, serentak mereka menjitak kepala Delta. Taakkkk.
“Adawww!” rintih Delta sambil mengelus-elus kepalanya.
“Udah terlambat, ribut pulak kau” gerutu temannya dengan logat batak yang kental.
Minggu tenang itu... libur seminggu sebelum ujian. Santai, santai dan santai. Belajar dengan santai, mengulang materi yang sudah dipelajari sambil ngedengerin musik. But the fact, banyak mahasiswa yang sibuk nggarap tugas ini itu seperti yang terjadi pada Delta. Minggu tenang berubah jadi minggu tegang coz full of task. “Aduh gile banyak bener ni tugas” gerutu Delta sambil mengotak atik netbooknya. Karna stres ngerjain tugas, Delta main ke kostnya Felix yang ada disebelah kamarnya. Tokk. Tokk. Delta mengetuk pintu kamar Felix. Felix melihatnya lalu kembali mengerjakan tugas.
“Rajin amat lo bro” kata Delta nyosor masuk tanpa permisi.
“Besok ujian, kagak belajar lo?” tanya Felix.
“Oh iya, lupa. Ya udah besok gue duduk disebelah lo ya bro” jawab Delta sambil memukul pundak Felix. Karna kesalnya Felix kembali ngerjain tugasnya sambil browsing diinternet, Delta yang merasa dicuekin Felix kembali ke kamar kostnya. “Semuanya pada sibuk ngerjain tugas karna besok ujian, gak ada yang bisa diajak ngurangi stres” katanya sambil membuka buku. Sambil masang mp3, Delta mulai bikin contekan. “Nah, siap tempur dah besok” katanya senang setelah siap buat contekan. Delta pun tidur karna besok ujiannya masuk jam 8 pagi.
Ujian pun tiba, mata kuliah yang diambil Delta semuanya kalo gak ngulang yaperbaikan. Saat ujian mau dimulai, Delta kesana kemari sibuk minjemin pulpen dan kertas sama juniornya. Maklum, sejak jadi mahasiswa, Delta gak pernah punya pulpen atau pun buku, kalo pun ada itu hasil nyolong punya teman-temannya. Karna dosen yang ngawasi mereka selama ujian cukup killer, Delta susah ngitil alias melihat contekan yang udah disiapinnya semalam, dengan putus asa Delta berkata dalam hati, “soalnya cuma sebaris, jawabannya paling tiga baris, mentok lima barislaahh”.
Ujian pun berakhir. Karna gak yakin sama jawabannya, Delta nanya ke teman buat nenangin hati.
“Bro, lo tadi bisa gak? Susah bener soalnya” curhat Delta singkat.
“Ya bisalah bro, semua gue jawab, kan materinya udah kita pelajari” kata Ryan santai sambil minum mizone yang baru dibelinya dari kantin.
***
Tanpa terasa ujian semester udah berlalu, mahasiswa pada sibuk cek nilai di portalnya masing-masing.
“Bro, lo udah cek nilai belom, kata anak-anak nilai kita udah keluar” kata Felix yang baru aja pulang dari kampus.
“Oh iya. Oke deh gue cek ntar” jawab Delta santai saat masuk ke kamarnya.
“Oke bro, mudah-mudahan gak ada yang ngulang lagi ya. Hahaha ” teriak Felix sambil tertawa.
“Cek nilai dulu ahh, katanya nilai udah pada keluar, sekalian FB-an, udah lama gue gak nyapa fans-fans gue” kata Delta sambil menghidupkan netbooknya.
C...???
D...???
E...??? dst.
IP semester 1 : 2,93
IP semester 7 : 2,12
IP semester 12 : 1,23
IPK : #*^@*#&$#
Mata Delta mau copot saat melihat hasil ujian yang sangat memprihatinkan bagi siapa pun mahasiswa yang melihatnya, pada hal hampir semua mata kuliah itu udah berulang kali diulangnya. Mukanya cemberut. Badannya lemas. Galau? Pasti!
Ryan dan Sam datang main ke kostnya Felix karna mereka masih libur semester. Saat melewati kamarnya Delta, mereka melihat Delta duduk lemas di depan netbooknya. Ryan dan Sam pun menghampirinya.
 “Hai bro, muka lo kenapa?” tanya Ryan mulai percakapan.
 “Muke gile, gue dapat D kalkulus bro!” kata Delta kesal.
“Bro lebih baik ngulang lagi aja, siapa tau dapat C lagi” canda Ryan.
“Ia bro, amit-amit dapat D” sambung Sam sambil ketawa. Muka Delta pun berubah beringas karna tiap kali ngelihat nilai, 2 temannya ini selalu muncul disaat yang gak tepat. Contohnya kayak tahun lalu saat mereka lagi di kampus...
 “What’s up bro?” tanya Ryan sambil menepuk pundak Delta.
 “Beuugh paraah, gue dapat C lagi kalkulus bro. Gue harus ngulang lagi pokoknya” jawab Delta kesal.
“Sudahlah bro, mayoritas juga dapat C, toh memang susah banget” sambung Sam.
“Syukuri aja apa adanya bro” kata Ryan sambil melihat nilai Delta di netbooknya.
Aktivitas kuliah mulai kembali aktif, seperti biasa Delta selalu bawa gitar ke kampus, Delta yang lagi galau mikirin kuliahnya tengah asik bernyanyi di dalam ruangan kosong yang saat itu dosennya Pak Jaliman melihatnya.
“Jreenggg... tak ada yaaangg....abadiii... tak ada yaang....abadiiiiiii....” suara Delta menyanyikan lagu Peter Pan yang terkenal itu.
“Dia udah semester brapa?” tanya Pak Jaliman pada Felix yang saat itu tengah lewat.
“Wah, dia itu udah semester 13 pak” jawab Felix sambil cengengesan menahan tawanya.
***
Oke bro, jangan pernah putus asa kalo lo dapat nilai jelek, tetap semangat dan never give up coz semua indah pada waktunya. J

= The End Bro =

Selasa, 22 April 2014

cerpenku 8

Me vs English
Salah satu hal yang harus kita persiapkan untuk menghadapi pasar bebas tahun depan adalah pintar berbahasa inggris. Yes, of course! Kita tahu bahasa inggris adalah bahasa internasional yang selalu digunakan oleh negara mana pun itu. Bahkan dunia kerja di negara kita sendiri pun membutuhkan tenaga kerja yang mahir dalam berbahasa inggris. Tidak salah bila banyak kursus bahasa inggris menjamur saat ini dan orang berlomba-lomba belajar bahasa inggris.
Namun itu berbeda denganku. Bahasa inggris memang pelajaran favoritku saat aku sekolah, namun karena pacarku memaksaku harus pintar berbahasa inggris maka sekarang aku anti sekali dengan bahasa yang akrab dengan dunia itu. Bayangkan saja apa yang dilakukan pacarku denganku bila aku tidak tahu tensis, dia tidak segan memarah-marahiku hingga mengancam akan menutup telepon jika aku tidak tahu. Yang lebih kesalnya lagi dia memintaku untuk menghapal dan mempelajari keenam belas tensis itu karena bila kita sudah paham tensis maka kita dengan mudah dapat berbahasa inggris dengan lancar katanya padaku.
Kesibukanku sebagai orang nomor satu di salah satu organisasi kampus menyita hampir semua waktuku termasuk merampas kebebasanku. Yaa… seharian di kampus dilanjut lagi dengan menjalankan program organisasi melupakanku akan tugas yang diberikan oleh pacarku. Aku selalu berpikir tidak ada kata terlambat untuk menimba ilmu, dan karena prinsip itu pula aku selalu mengatakan masih ada hari esok dan selalu esok, esok dan esok, dan akhirnya aku pun lupa untuk belajar.
Time is money. Yupp! Tapi sepertinya peribahasa itu tidak berlaku untukku. Dalam benakku tersirat kalimat yang berbunyi, “lakukanlah apa yang bisa kamu lakukan saat ini karena esok belum tentu kamu bisa melakukannya.” Yang kupahami dari kalimat itu yaitu aku bebas menghabiskan waktuku dari hari ke hari, jam ke jam, menit ke menit hingga detik ke detik dengan melakukan hal-hal yang aku suka.
Tidur-nonton-online-bengong, tidur-nonton-online-bengong, tidur-nonton-online-bengong, dan begitulah seterusnya hingga tahun silih berganti. Semula kurasa nyaman dengan kehidupan seperti itu, tapi bila terus-terusan melakukannya aku seperti orang bodoh karena menyia-nyiakan waktuku. Akhirnya aku kembali ke hobiku yang pernah kuteladani sejak dua tahun yang lalu yaitu menulis dan mengikuti lomba-lomba di internet.
Back to the topic. Aku pikir aku tidak punya waktu untuk belajar bahasa inggris karena dari hari senin hingga minggu aku sibuk sekali. Aku ingat kalau belum belajar bahasa inggris jangan coba-coba menelepon pacarku karena aku pasti akan disembur dengan kata-kata manisnya namun menusuk. Tapi bila tidak meneleponnya sehari saja aku rindu setengah mampus. Jadi mau gak mau aku pasti meneleponnya walau pun dengan terpaksa aku harus belajar bahasa inggris dengannya via telepon.
***
“Aarrggghh!!! Aku telat bangun!” teriakku kesal sambil melihat jam di henponku menunjukkan pukul sepuluh lewat sepuluh pas. Hari ini aku kuliah jam sepuluh lebih sepuluh menit. Walau pun sudah telat aku masih belum bergerak untuk bersiap-siap ke kampus. Aku masih tidur santai tanpa dosa diatas kasurku. Kasurku masih setia memberikan kenyaman hingga ia tak ingin aku beranjak meninggalkannya. Sembari menanyakan kabar di kampus, aku merenungi penyebab aku telat bangun.
Jam 6.38 aku terpaksa bangun karena belakangan ini air sering mati jadi mau tak mau harus menampung air tiap malam. Aku takut tidak kebagian air kalau lama bangun. Ingat kalau tadi malam aku tidak mandi, dengan mata kantuk aku paksakan untuk bangun lalu mandi. Tepat jam 7.00 aku selesai mandi. Walau pun sudah mandi tapi mata ini masih saja butuh tidur. So tidurnya aku lanjut lagi sembari menunggu 3 jam lagi kuliah. Dengan posisi tidur telungkup sambil memeluk bantal guling karena rambutku masih basah. Hampir sejam tidur, aku berganti posisi dan rasanya sakit sekali badan ini karena posisi tidurku yang salah. Aku sempat bangun untuk mengecek jam. Saat itu jam 8.17. Aku pikir masih lama lagi jam sepuluh jadi aku lanjut tidur hingga akhirnya terlambat bangun.
“Ya ampun karena malasku aku telat bangun” kataku dalam hati.
Tidak ada kabar dari teman, aku pun bergegas menyiapkan diri ke kampus. Dan kali ini aku cukup beruntung karena ternyata si dosen tidak masuk.
***
Seperti biasa aku sarapan bersama temanku di bepeka haleluya. Itu makanan khas medan dengan menu utama babi. Sambil bercerita kami menunggu kuliah berikutnya. Nada dering pesanku berbunyi memberitahu ada pesan masuk. Lalu aku membuka pesan itu. “Dek, udah free-kah?” isi pesan itu. Aku ingat kalau tadi malam aku punya janji dengan kakak sebelah kamarku untuk mengenalkanku dengan temannya yang datang dari Filipina. Lalu kujawab,” Udah kak. Ntar lagi aku pulang.” Dan pesan itu pun terus berlanjut dengan kesepakatan bertemu di bekas lapangan basket kampusku.
***
Aku dan temanku malas kuliah tapi kami ke kampus untuk mengecek kabar ter-up date. Dan ternyata si dosen sudah masuk lebih dulu. Kami pun telat. Dari awalnya sudah malas kuliah, aku jadi tidak menikmati pelajaran yang disampaikan si dosen. Seperti kucing yang mau beranak, aku tidak tenang duduk di kursi. Aku merasa sedang duduk di kursi panas lalu diserang dengan pertanyaan-pertanyaan pedas oleh om tanto wiyahya. “Ayo dong bu buruan tutup kuliah ini, udah bosan nih” kataku dalam hati sambil menatap kosong selembar kertas berisi bahan kuliah hari ini. Dan akhirnya pun doaku terjawab, si dosen sepertinya malas mengajar juga hingga kuliah dipercepatnya siap. “Yes!” kataku senang sambil memasukkan peralatan kuliah ke dalam tas.
***
Aku menuju lapangan basket untuk bertemu dengan kakak kos dan si orang Filipina itu. Berjabat tangan adalah budaya kita saat berkenalan dengan orang baru atau pun sudah lama tidak bertemu. Tanpa bertele-tele si Filipina pun nyerocos bicara dengan bahasa inggris. Bla bla bla bla bla bla. “Ya ampun aku nggak tau apa yang dibilanginya” gerutuku dalam hati. Lalu aku ingat pacarku, ternyata aku harus belajar bahasa inggris. Aku seperti orang bego saat mendengarnya berbicara. “Yes. Oh. I see.” Kalimat yang selalu kukatakan untuknya. Geleng-geleng dan mengangguk-angguk yang bisa bahasa tubuhku lakukan sebagai pemberi isyarat padanya. Bila aku tidak mengerti maksudnya, ia menjelaskannya lewat kakak kosku. “Untung saja ada penerjemah” ucapku lega.
Setelah panjang lebar ia bicara, kami sepakat besok jumpa lagi di tempat yang sama dengan waktu yang beda. Dan setelah bertemu dengannya aku jadi berpikir harus belajar bahasa inggris malam ini supaya besok aku tidak hanya bilang “Yes. Oh. Oke. I know. Bla bla bla.” Dan benarlah yang dikatakan pacarku itu kalau bahasa inggris itu PENTING.

-         The End  -

Sabtu, 12 April 2014

cerpenku 7

Bad Day
( 4 - 4 - 14)
“08.17.”
“AAARRRGGH!!! Aku telat!!!” teriakku keras saat melihat jam di handphoneku.
Teriak-teriak gak jelas sambil memakai baju, mulutku terus mengoceh kesal. Dan kali ini aku ke kampus dengan penampilan apa adanya dan acak-acakan. Aku takut telat karena tidak akan diijinkan si dosen masuk ruangan. Dengan cepat asal saja aku masukkan buku-buku ke dalam tas. Tidak lupa aku memasukkan handphoneku juga.
Saat sedang mengunci pintu, tiba-tiba ada yang meneleponku. Aku heran mengapa jam-jam segini ada yang meneleponku. Tangan kananku sedang berusaha mengunci pintu sembari membantu handphoneku menempel ke telingaku. “Halo, halo… halo bang?” tanyaku pada seseorang dibalik telepon itu. Saking terburu-burunya, handphoneku pun terjatuh. Praaaakkkk. Dan sambungan telepon itu juga terputus. Tuttt. Tuttt. Tuttt.
“Oh my god” ucapku kesal.
Saat mengambil handphone yang jatuh, aku melihat kancing bajuku masih terbuka. Untung saja aku pake tengtop jadi tidak kelihatan isi didalamnya. Lalu aku dengan cepat mangancingkannya.  “Ya Tuhan kenapa aku kacau sekali hari ini” teriakku kesal dalam hati.
Kemudian dengan langkah terburu-buru aku menuju kampus. Aku menelepon seorang teman untuk menanyakan si dosen sudah masuk atau belum.
“Titt. Titt. Halo?”
“Hah, halo. Udah datang bapak itu?”
“Belum. Cepatkan kaulah.”
“Oke, oke.”
Lalu kututup pembicaraan singkat itu dengan segera.
Dan untuk kesekian kalinya aku harus naik becak. Aku paling tidak suka naik becak, tapi apa daya daripada aku telat, ya kan?
Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai di kampus. Dengan setengah berlari aku menuju ruangan. Entah kenapa mahasiswa lain melihatiku. Mereka bisik-bisik, bahkan ada yang tersenyum dan tertawa juga. What’s wrong with me? I don’t know. Whatever-lah.
Hari ini kami ada kuis, so wajar kalau teman-temanku sudah duduk manis di kursinya sambil membaca buku. Dengan langkah siput, aku menanyakan temanku dari luar ruangan untuk memastikan si dosen sudah masuk atau belum. And I so lucky, si dosen belum datang. Dengan cepat aku masuk, tapi teman-teman menertawaiku. Saat itu rebut sekali.
“Yang baru bangunnya kau, Ndah? Berantakan kali rambutmu” sambut seorang temanku cowok sambil tersenyum geli.
“Hehehe, iya. Gak sempat tadi nyisir rambut” jawabku cengengesan.
Udah terburu-buru dari kos, ehh ternyata si dosen lupa kalau hari ini ada kuis. Tapi gak apa-apa. Paling tidak pikiranku sedikit ringan. Hari itu lama sekali waktu berputar. Satu jam saja terasa seperti satu windu. Mata bengkak, penampilan berantakan serta muka pucat karena kurang tidur.



Jam sepuluh lewat aku  sudah sampai di kos.
Kumanjakan tubuhku diatas kasur empukku hingga terlelap ke alam sadar. Aku ingin membalas tidurku yang kurang tadi subuh. Dalam sekejab aku terbangun karena aku merasa ada yang membebani pikiranku. Yupp! Tugas kuliah dan tugas peka’elku belum selesai ternyata. “Mampus aku.” Dengan cepat kukeluarkan notebookku dari lemari yang berada tepat didepan kasurku. Mulai menjelajahi mbah google untuk mencari jawabannya, tapi gak dapat-dapat juga. Disisi lain pikiranku lari ke pemira fakultas yang akan diadakan akhir bulan ini. Organisasiku akan melakukan koalisasi dengan organisasi lain. Dan kami akan mengadakan pertemuan malam ini di kosku.
Aku mendapat telepon kalau nanti sore ada bedah buku di sebuah cafe. Aku diminta untuk mengumpulkan massa menghadiri acara yang diadakan caleg itu. Yaa…katanya sih tahun ini tahunnya politik. So, wajar dong kalau banyak kegiatan yang dilakukan caleg atau pun parpol untuk mencari simpati masyarakat.
Acaranya cukup menarik, tapi menariknya karena aku yang lapar bisa dengan seenaknya menyantap makanan yang disediakan oleh pihak cafe. Menunya simpel seperti kacang rebus, goreng pisang, ubi goreng dengan pilihan minuman teh manis dan kopi. Belum lagi ditengah-tengah acara, kedua teman pengurusku adu mulut. Capcus deh.
Jumat ini cuaca tidak mendukung. Kadang gerimis, bahkan hujan. Karena cuaca ini pertemuan kami terpending sampai jam sepuluh kurang. Banyak hal yang kami bahas dengan pihak koalisi. Hingga jam dua belas malam lewat aktivitas organisasiku terhenti.
Akhirnya kuberikan kesempatan untuk tubuhku menikmati masa-masa indahnya dengan terlelap dalam mimpi.
Flashback penyebab aku telat.
“05.00.”
Alarm handphoneku berbunyi. Aku sengaja menyetel alarm biar bisa bangun cepat. Mataku tidak ingin melihat dunia, ia masih ingin dalam kegelapan subuh itu. Mau atau tidak aku memaksakan mataku terbuka. Aku menelepon si do’i. Ternyata ia belum ada tidur semalaman. Kami hanya sebentar saja mengobrol karena gratisan telepon sudah habis. Membaca buku subuh itu tidak lantas diterima dengan cepat oleh otakku. Sepertinya otakku masih tidur. Lalu kubaringkan lagi tubuhku di kasur sambil memeluk bantal guling. Dan aku pun tertidur.
“06.43.”
Aku terbangun. Sebenarnya selama hampir dua jam itu aku sesekali bangun untuk mengecek jam. Aku pun mandi dan menyegarkan tubuhku. Airnya dingin sekali. Tubuhku menggigil. Selesai itu, aku baringkan tubuhku kembali sembari menunggu jam delapan, tapi? Aku pun tertidur pulas hingga akhirnya terlambat bangun.

-  The End  -

Selasa, 08 April 2014

cerpenku 6

Aku Dan Pikiranku
Aku tak tau apa yang sedang menggerogoti pikiran dan juga perasaanku saat ini. Sudah dua hari ini mood ku selalu buruk. Entahlah! Aku bingung dengan diriku sendiri. Aku yang punya diriku, tapi bisa-bisanya pula aku yang tidak tau apa yang terjadi denganku.
“AAARRRGGH!!!”
Teriakku geram.
Aku selalu berusaha mencari dan mencari.
Online? Malas. Ngerjain tugas? Lagi bad mood. Nonton tv? Bosan. Tiduran? Takut tidur beneran. “Omaigot, help mi plisss?” gerutuku dalam hati.
Kucoba untuk mencari aktivitas lain, misalnya nonton video india. Yaa… sedikit terhiburlah. Lalu kulanjut online. Beberapa saat kemudian, aku memilih ke hobiku menulis dan menuangkan isi hatiku kedalamnya.
(((**)) (((**)) (((**))
Bila kuambil kesimpulan, sepertinya pikiranku sedang mengelabui diriku dengan pikiran-pikiran takut dan gelisah. Yes, maybe. Mulai dari tugas yang menumpuk, organisasi, hubungan dengan si do’i hingga kekhawatiranku mengahadapi ujian mid yang sudah didepan mata. Pantas saja! Ternyata ini yang menggangguku.
“HAHH!!!” desahku bersamaan memeluk erat bantal guling yang selalu menemani tidurku.
Entah mengapa kasur coklatku pun sepertinya tidak bisa memberiku kenyamanan saat berbaring diatasnya. Apa ia juga merasakan seperti yang kurasakan sekarang?
“Entahlah.”
Selasa, 1 april 2014
Tidak ada program menambah panjang waktu istirahatku. Pulang lebih awal dari kampus menuju kos. Tidak banyak kegiatanku tapi lelah sekali kurasa tubuh ini. Seolah-olah membawa beban ribuan kilo.
Siang hingga petang aku diam didepan netbookku tanpa melakukan apa-apa dan hanya memandangi wall facebookku.
“1,5 liter sprite udah abis kuminum ditambah lagi dengan 5 album lagu udah kudengar, tapi cerpenku toh juga belum kelar-kelar. Aissshh! Imbuhku kesal.
Bersiap-siap mandi karena aku ada pertemuan dengan pihak gereja mengenai program organisasi. Dengan memakai kaos berwarna pink dipadu dengan celana jeans coklat muda serta disempurnakan jaket pink bergaya ala korea. Aku merasa penampilanku malam itu, so perfect and cool. Hehehe. Sepanjang perjalananku menuju tempat jual pulsa, semua mata tertuju padaku. Apa karna penampilanku aneh? I don’t think so. Atau karena aku menawan? Oops, I hope. Aku terus berjalan tanpa menghiraukan tatapan-tatapan tajam mata para lelaki itu.
Tersirat di benakku untuk mengajaknya jalan malam ini. Dan syukurlah ia mau. Awalnya menarik cerita dengannya karena sudah lama tidak bertemu, tapi akhirnya pasti selalu sad ending. Why? Susah buatku membaca pikiran ataupun dirinya. Aku selalu kalah argument dengannya, dan ngomong dengannya penuh dengan lika-liku alias berbelit-belit. Aku senang berbincang-bincang dengannya, namun entah kenapa ia selalu mengubah moodku. Tidak pernah ia membuatku senang. Sekali pun tidak. Tadinya aku lega bisa terhibur, but??? He made tonight I was disappointed again. Dan aku harap ia tidak membaca cerpenku ini. Hehehe.
(((**)) (((**)) (((**))
Menempuh jalan puluhan kilometer merusak sepatu yang baru kubeli kira-kira tiga minggu yang lalu. Harganya memang murah sih, tapi dalam sejarah hidupku aku belum pernah jalan kaki hingga merusak sepatuku. Sepertinya aku harus beli sepatu baru lagi.

SINGLE? ENJOY AJA. DARIPADA YANG PUNYA PACAR GALAU TERUS.

That’s right.
“Aku setuju deh sama kamu.” Statement seorang model cantik disebuah iklan coklat terenak.
Menurut aku pacar itu tidak ada gunanya kalau tidak bisa diandalkan.
Yupp !
Contohnya kayak aku lagi butuh si do’i untuk menghibur aku yang sedang galau dan dirundung risau badai cetar membahana khatulistiwa. Eeh, kok malah syaroni, oops syahrini. (Hehehe) Si do'i tidak bisa, malah ia bilang ia tidak mau diganggu. That’s so funny, right? Okelah.
Pengen rasanya kubuang perasaan yang menggangguku ini jauh-jauh, but I can’t. Namun sebenarnya aku tau cara membuatku semangat dan ceria seperti dulu kala, yaitu dengan cara positive thinking. Yeah… positive thinking, Ndah.
-    The end -

Rabu, 02 April 2014

cerpenku 5

Musuhku, Tetanggaku

“Ngapain lo dibawah kolong meja gue.” Terdengar suara cowok  yang sudah familiar ditelinganya.
Saking terkejutnya, kepala Mia terantuk sisi meja. “Aauuuww!” Rintihnya kesakitan sambil mengelus-elus kepala. Cowok berpostur tinggi dan berkulit sawo matang ini tersenyum sinis melihatnya terantuk.
“Gue lagi nyari mainan kalung gue. Tadi jatuh disini. Itu hadiah dari sahabat gue.”
“Emang gue ada nanya itu hadiah dari siapa, hmm?” Tanyanya jutek.
Mia kesal mendengarnya. Bibirnya manyun. Mia mencuekinya dan terus mencari kalung mainannya hingga akhirnya dapat, tapi mainan kalungnya itu terinjak oleh Kira.
“Bisa gak kaki kanan lo itu lo angkat, kalung mainan gue lo injak.” Gerutu Mia pada Kira.
Kira melihat kebawah, lalu dengan segera mengangkat kakinya.”Oh. Ternyata ini yang lo cari-cari.”
Mainan kalung Mia yang berbentuk setengah hati itu rusak karna terinjak Kira. Hadiah dari sahabatnya itu slalu dijaga Mia baik-baik, tapi karna terinjak sama Kira, Mia murka. Mia berdiri lalu melototi mata Kira dengan tajam tanpa berkedip sedikit pun.
“Lo kenapa? Kok ngeliatin gue kayak gitu?” tanya Kira heran sambil meletakkan tasnya.
“Lo liat ini!” kata Mia dengan nada marah sambil menunjukkan mainan kalung yang rusak itu pada Kira.
Kira melihat kalung mainan itu, lalu dengan juteknya dia menjawab,”oh. udah rusak.”
“APA????” teriak Mia.
Tang.ting.tang.ting.tung. Adu mulut pun tak terelakkan. Mia dan Kira berantem lagi. Mereka memang gak pernah akur, bahkan berkali-kali mereka keluar masuk ruangan BP karna hampir setiap hari ribut. Teman-teman dan guru mereka sudah berusaha mendekatkan mereka dengan cara memasukkan mereka ke dalam kelompok yang sama, tapi mereka tetap saja slalu berantem. Mia dan Kira satu kelas dan mereka slalu bersaing mendapatkan juara kelas. mia dan Kira termasuk siswa yang pintar dikelasnya. Mereka ini ibaratkan layar tancap bagi teman-temannya karna menarik buat ditonton kalo lagi berantem. Katanya sih lucu kalo mereka berantem.
***
Tett. Tett. Bel masuk berbunyi. Semua siswa memasuki kelasnya masing-masing. Pagi itu Kira terlambat, pada hal gurunya sudah mulai mengajar.
Tokk. Tokk. Terdengar suara pintu diketuk. Kira berdiri dengan pakaian lusuh dipenuhi keringat dengan napas terengah-engah. Semua siswa melihat ke arahnya termasuk Mia.
“Kenapa kamu terlambat Ra?” tanya si guru.
“Maaf bu... tadi saya bangun kesiangan... Semalam...keluarga saya baru pindah rumah... jadi saya bantu papa mama pindahan.” Jawab Kira terputus-putus berusaha untuk mengambil napas.
“Pindahan?? Semalam tetangga gue ada yang pindahan juga. Kok kebetulan sama ya? Atau jangan-jangan?? Aah gak mungkin!” kata Mia dalam hati.
“Oh ya sudah. Masuk. Lain kali jangan ulangi.” Ucap si guru lembut.
Kira masuk ke dalam kelas, saat melewati meja Mia, Kira mengejeknya dengan mengulurkan lidah sambil mencipitkan mata. Mia yang melihatnya kesal. Pelajaran yang terhenti itu kembali dilanjutkan. Selama pelajaran berlangsung Mia gak bisa konsen karna dia masih sibuk dengan pikirannya mengenai tetangga barunya yang baru pindah semalam. “Kenapa pindahnya Kira sama dengan tetanggaku yaa?? Atau jangan-jangan?? Aah mungkin aja itu hanya kebetulan.” Kata Mia dalam hati berusaha menghibur dirinya.
***
HADIRILAH!
BIRTHDAY PARTY GUE 17th.
BESOK JAM 7 MALAM.
DI PERUMAHAN ASRI INDAH NO. 27 B.
By : Kira Anggara J
Sebuah undangan yang di tempel di mading sekolah dekat koridor.

Bola mata Mia mau copot saat membaca surat undangan itu. “OMG. Ternyata dia tetangga baru gue?” kata Mia dalam hati dengan langkah lunglai. Ternyata tetangga barunya Mia adalah Kira, musuh bebuyutannya dari SMP hingga sekarang. Mia benci banget sama Kira. BANGET! Oke, kita flashback penyebab Mia benci sama Kira saat mereka kelas 2 SMP. Saat itu jam istirahat, Mia bersama teman-temannya tengah asyik nongkrong di taman sekolah yang jaraknya tidak jauh dari lapangan bola. Kira yang asyik bermain bola dengan teman-teman cowoknya tanpa sengaja dengan keras menendang bola itu ke arah Mia hingga mengenai kening Mia dan berdarah. Semua geger saat itu. Mia pingsan. Guru langsung membawa Mia ke rumah sakit dan Mia sempat diopname selama 3 hari di rumah sakit karna mengalami pendarahan dan mendapat puluhan jahitan di keningnya. Yang buat Mia semakin benci sama Kira karna sejak kejadian itu hingga sekarang Kira gak pernah minta maaf dan malah cuek saat bertemu dengan Mia di sekolah, pada hal orang tua Kira sudah minta maaf sama Mia dan juga keluarganya. Karna kejadian itu, Mia punya bekas luka di keningnya dan tiap kali Mia melihat bekas luka itu, rasa benci Mia pada Kira semakin bertambah dan bertambah.

“Lo kenapa? Muka lo pucat banget. Lo lagi sakit ya?” tanya Tika penasaran.
“Gue gak pa pa Tik.” Sahut Mia santai pada teman dekatnya itu.
“Oh, syukurlah kalo gitu. Oh ya mi, lo tau gak ternyata tetangga baru yang lo bilang itu si Kira, gue
tadi baca di mading, lo udah tau kan tentang ini?” tanya Tika panik dan heboh.
“Iya, gue udah baca.” Ujar Mia jutek.
“Kok ekspresi lo biasa aja?” tanya Tika lagi yang pengen tau apa yang terjadi sama teman semejanya itu.
“Trus gue harus bilang wow gitu. Atau gue harus lari-lari manjat pohon trus bilang pucuk, pucuk,
pucuk.” Jawab Mia yang mulai kesal.
“Ya gak segitunya juga kali. Gue kan cuma heran aja sama ekspresi lo yang biasa aja. Biasanya kan lo itu heboh, panik, pokoknya wow gitu kalo menyangkut tentang Kira dan bla bla bla.....” Ceplos Tika tanpa henti dengan tingkah centil mentilnya.
Dengan tajam mata Mia melototi Tika. Tika yang sadar dengan tatapan sinis Mia langsung terdiam dan
tersenyum kayak orang bego. Suasana hati Mia hari itu berantakan banget, emosian dan gak bersahabat. Ditambah lagi saat Mia melihat Kira yang hari itu kelihatan happy buanget.
Kira melihat Mia sedang mencorat coret di bukunya dengan muka cemberut, Kira menghampirinya lalu meletakkan sebuah undangan di mejanya.
“Besok lo datang ya ke birthday party gue. Ini undangan spesial gue kasih langsung ke lo.” Tutur Kira lembut sambil tersenyum kecil pada Mia.
Mia yang sedang kacau balau moodnya mencueki Kira lalu pergi meninggalkan Kira yang berdiri tepat di samping mejanya. Karna jarak antar meja dekat, Mia menabrak badan Kira cukup keras hingga membuat Kira hampir terjatuh. Kira hanya diam saja melihat tingkah Mia yang super cuek padanya.”Ternyata cewek ini kuat juga ya tenaganya. hahaha.” Kata Kira dalam hati sambil melihat kepergian Mia.
Birthday partynya Kira yang ke tujuh belas alias sweet seventeen ini dimeriahkan oleh band lokal dan rame banget. Acaranya di konsep di dekat kolam renang dengan desain lilin warna-warni menghiasi pinggir kolam dan liontin memperindah langit malam itu.  Kira yang mengenakan jas hitam tampak kelihatan tampan dan memukau. Semua cewek terkesima melihat penampilannya. Tapi mata Kira sibuk melihati para undangan seakan lagi nyari seseorang, namun seseorang yang diharapkannya itu tak muncul-muncul juga. Kira terlihat kecewa. Lalu acaranya dimulai dari bernyanyi hingga memotong kue. Pada saat itu ada makhluk cantik yang nyuri perhatian undangan di acara ultahnya Kira, tubuhnya mungil, putih mulus dan rambut lurus panjang. Makhluk cantik itu adalah Gramia Paterson alias Mia alias musuh bebuyutannya Kira. Saat melihatnya datang, ekspresi Kira berubah sumringah, ternyata seseorang yang ditunggu-tunggunya itu adalah Mia. Tapi penampilan Mia malam itu sedikit lain dari biasanya, Mia yang selama ini kelihatan cuek dan tak pernah berpenampilan feminim tiba-tiba berubah drastis di acara ultahnya Kira, bahkan mulut Kira menganga dan matanya melotot tidak percaya melihat Mia bisa secantik bak bidadari.
Sebenarnya Mia tidak mau datang, tapi karna dipaksa sama Tika sampe pake jurus air mata buayanya, akhirnya Mia luluh juga. Mia memang tidak tahu berdandan seperti cewek pada umumnya, Tikalah yang menyulap Mia jadi bidadari malam itu. Semua tamu undangan yang merupakan teman satu sekolah mereka tak menyangka Mia bakalan datang karna mereka pasang taruhan abis-abisan karna yakin kalo Mia tidak akan berani datang, but the their guess is wrong, Mia malah datang. Mereka yang kalah taruhan rugi besar karna kehadiran Mia di acara ultahnya Kira.
Saat season dance, Kira menghampiri Mia dan mengajaknya berdansa, Mia tidak tega menolak karna malam ini malam spesial buat Kira, dengan terpaksa Mia berdansa dengan Kira. Mereka bak tokoh cerita dalam dongeng cinderella. SO ROMANTIC. Semua cewek cemburu kecuali Tika karna cuma Mia cewek yang diajak Kira berdansa. Tika sengaja mengajak sang pacar ke acara ultahnya Kira biar ada yang menemaninya pulang. Kira cukup lihai berdansa hingga sesekali Mia hampir terjatuh karna high heels yang dipakenya mengurangi gerak-geriknya, namun Kira bisa menjaga keseimbangan Mia. Pertama dalam sejarah Mia dan Kira, mereka bisa seakur dan seakrab ini tanpa ada berantem.
Tiba-tiba Kira mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.
“Nih.” Kata Kira sambil meletakkan sesuatu itu di tangan kanan Mia. Lalu Mia melihatnya dan mukanya berubah senang. Kira ternyata mengganti kalung mainan setengah hati yang tidak sengaja diinjaknya itu hingga rusak. Kira tau mainan kalung itu sangat berharga bagi Mia karna itu pemberian dari sahabatnya Mia yang sudah meninggal akibat kanker darah tahun lalu.
“Dari mana lo dapat mainan kalung ini, Eria bilang mainan kalung ini cuma ada satu dan lo udah ngerusaknya.” Tutur Mia dengan nada lirih karna teringat sama sahabatnya yang telah tiada, Eria Kahardiani.
“Sahabat lo bilang memang benar, cuma ini satu-satunya mainan kalung setengah hati yang ada di dunia ini karna sahabat lo khusus memesannya dari  Jerman. Ini diukir langsung oleh seniman terkenal di sana........” saat tengah asyik menjelaskan, Mia menutup mulut Kira dengan jari telunjuk tangannya.
“Jangan bilang kalo lo mesan ini langsung dari Jerman.” kata Mia setengah tak percaya dengan apa yang dibilang Kira padanya.
“Hari itu juga aku langsung nyari mainan kalung ini di tokoh-tokoh, mall, bahkan sampe aku searching di internet tapi gak dapat-dapat juga. Gue tau ini diukir dari Jerman karna bokap gue kenal dekat sama orang yg ngukir mainan kalung ini karna ada inisial nama si pengukir dibalik mainan kalung itu. Gue tau ini barang berharga buat lo makanya gue berusaha untuk ngegantiinnya. Maaf ya atas tingkah gue slama ini sama lo terutama kejadian waktu kita kelas 2 SMP kemarin, gue minta maaf banget. Gue mau kita berteman. Lo mau kan jadi teman gue?” mohon Kira sambil berlutut dihadapan Mia.
Tiba-tiba suasana yang meriah berubah jadi haru. Semua undangan menyaksikan tontonan gratis ini, tapi bukan tontonan adu mulut seperti biasanya melainkan tontonan yang romantis tapi mengharukan juga. Mia melihat Kira yang berlutut di depannya lalu berkata,”Fine, gue mau kok berteman sama lo asal lo gak nendang kening gue lagi pake bola.” Kira lalu berdiri lalu mengulurkan jari kelingking kanannya dan berkata, ”JANJI”. Mia tersenyum lalu menyambut jari kelingking kanan Kira dengan jari kelingking kanannya sambil berkata,”ku pegang janjimu”. Saking senangnya, tanpa sadar Kira mencium bekas lukanya Mia di kening lalu memeluk Mia. Semua undangan terharu dan bertepuk tangan karna akhirnya Mia dan Kira bisa berdamai.
***
Setelah acara ultahnya Kira berlalu, tidak ada lagi tontonan gratis di kelas, tidak ada lagi adu mulut, tidak ada dendam and everything is full of peace. Mia dan Kira berteman akrab. Kabar baiknya mereka lulus masuk universitas negeri yang sama dengan jurusan berbeda, dan kabar bahagianya mereka pacaran loh. Hahaha. Nice story. J


= THE END =